Abaikan Saran Para Penasihatnya, Trump Tarik Keseluruhan Pasukan AS dari Suriah
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Donald Trump Serikat mengklaim bahwa AS sudah menang atas kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah. Karena itu, ia memerintahkan penarikan seluruh personel pasukan AS dari Suriah mulai Rabu (19/12/2018). Namun, keputusan Trump itu ternyata berlawanan dengan saran para penasihatnya dan memantik kemarahan sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik.
Keputusan Trump untuk menarik sepenuhnya pasukan AS dari Suriah itu dikonfirmasi pejabat AS. Trump menganggap, keberadaan pasukan AS sudah tidak diperlukan lagi di negara itu. Diharapkan dalam beberapa bulan mendatang, penarikan tersebut sudah selesai.
”Mereka semua akan kembali dan mereka akan kembali sekarang. Kami menang,” kata Trump melalui video yang diunggah di media sosial Twitter. Gedung Putih menolak untuk mengungkapkan ataupun berkomentar tentang waktu penarikan.
Seorang pejabat AS mengatakan, Washington berencana menarik pasukan dalam 60 hingga 100 hari. Ditambahkan, Departemen Luar Negeri AS mengevakuasi semua personelnya di Suriah dalam 24 jam. Sumber dari kalangan pejabat AS lainnya mengatakan, mereka bisa meninggalkan Suriah lebih cepat.
Seorang pejabat senior AS yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan, keputusan penarikan pasukan AS itu dibuat berdasarkan keyakinan Trump bahwa pasukan AS sudah tidak lagi mempunyai peran di Suriah selepas menaklukkan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Saat ini, NIIS diyakini tinggal menguasai sekitar 1 persen dari teritorial yang pernah mereka duduki pada era keperkasaan kelompok militan itu.
Keputusan penarikan AS tersebut juga disampaikan Trump kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pembicaraan via telepon. Belum lama ini, Turki memperingatkan bahwa mereka akan melancarkan operasi tempur di sepanjang wilayah perbatasan dengan Suriah timur laut. Operasi itu dimaksudkan untuk menggempur milisi Kurdi yang selama ini menjadi tulang punggung AS untuk melancarkan serangan darat pada NIIS.
Pernyataan Trump soal kemenangan atas NIIS juga jauh dari kata bulat dengan para pejabat AS lainnya. Sejumlah pejabat pertahanan dan pimpinan militer AS lainnya sudah berusaha meyakinkan Trump untuk tidak terburu-buru menarik pasukan AS dari Suriah. Para pakar dan penasihat militer Trump menyatakan, NIIS masih menjadi ancaman dan bisa berkumpul lagi dalam perang di Suriah.
Pasukan Kurdi terancam
Berita tentang penarikan penuh pasukan AS dari Suriah itu memantik kritik langsung, termasuk dari beberapa rekan Trump di Partai Republik. Mereka mengatakan bahwa meninggalkan Suriah berarti memperkuat tangan Rusia dan Iran, pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Opsi meninggalkan Suriah itu juga memperkecil opsi AS, terutama dalam mencegah kebangkitan NIIS. Langkah Trump itu juga dinilai dapat melemahkan pengaruh AS di kawasan itu dan merusak upaya diplomatik guna mengakhiri perang saudara di Suriah yang sekarang telah berada di tahun kedelapan.
Aliansi milisi Kurdi dan Arab yang dikenal sebagai Pasukan Demokratis Suriah (SDF) juga rawan posisinya. SDF sudah menjadi ”alat” paling efektif melawan NIIS. Milisi Kurdi itu kini berada di bawah ancaman karena Turki ditengarai akan lebih agresif menggempur mereka di Suriah.
Para komandan AS di lapangan telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan para pemimpin SDF dan telah menyuarakan keprihatinan terkait dengan keputusan Trump. Menurut sejumlah sumber dari kalangan militer AS, penarikan yang cepat oleh Washington akan sangat berdampak bagi SDF.
Kalangan militer AS merasa terkejut terhadap langkah yang diambil Trump itu. Namun, sebagaimana ditegaskan Trump, langkahnya untuk menarik pasukan AS dari Suriah adalah karena, menurut dia, fakta menunjukkan semakin berkurangnya daerah yang dikuasai NIIS di Suriah.
Menuai kecaman
Beberapa sekutu Partai Republik Trump di Kongres AS mencela keputusan penarikan. Senator AS, Lindsey Graham, yang merupakan sekutu Trump, mengatakan, penarikan akan memiliki ”konsekuensi yang menghancurkan” bagi AS di kawasan dan di seluruh dunia. ”Penarikan AS pada saat ini akan menjadi kemenangan besar bagi NIIS, Iran, Bashar al-Assad di Suriah, dan Rusia,” kata Graham dalam sebuah pernyataan.
Keputusan Trump itu juga mengejutkan sejumlah pihak di luar AS. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, mereka sangat tidak setuju terhadap penilaian Trump bahwa NIIS telah dikalahkan di Suriah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan mempelajari keputusan itu dan akan memastikan keamanannya sendiri.
Di Rusia, kantor berita TASS mengutip Kementerian Luar Negeri Rusia yang mengatakan penarikan pasukan AS dari Suriah menciptakan prospek untuk penyelesaian politik.
Banyak pasukan AS yang tersisa di Suriah adalah pasukan operasi khusus yang bekerja erat dengan SDF. Kemitraan dengan SDF telah membantu mengalahkan NIIS di Suriah, tetapi telah membuat marah Turki. Ankara melihat milisi Kurdi, YPG, sebagai perpanjangan dari kelompok militan separatis yang berperang di Turki.