BEKASI, KOMPAS — Armada transpatriot mendapatkan tambahan bus dari hibah Kementerian Perhubungan. Namun, jenis dan dimensi bus ini berbeda dari bus transpatriot sebelumnya.
Hibah diserahkan Kementerian Perhubungan kepada Pemerintah Kota Bekasi melalui Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyerahkannya secara simbolis kepada Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto di Bandung, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).
Hibah itu terdiri dari 20 bus rapid transit (BRT) dan satu bus sekolah. Pemerintah Kota Bekasi tengah mengurus administrasi untuk membawa bus tersebut ke Bekasi.
”Sejumlah bus itu akan kami gunakan untuk menambah armada transportasi massal (transpatriot),” ujar Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi Fatikhun di Bekasi, Kamis (20/12/2018). Sejak uji coba operasi pada akhir November lalu, transpatriot baru memiliki sembilan unit.
Fatikhun menyebutkan, penyesuaian infrastruktur perlu dilakukan dalam operasionalisasi bus hibah. Sebab, jenis bus hibah ini berbeda dengan bus transpatriot yang sudah diuji coba operasi hampir sebulan.
Bus hibah itu berjenis high deck atau pintu tinggi seperti halnya bus transjakarta di DKI Jakarta. Adapun bus transpatriot yang ada sekarang berjenis low deck atau pintu rendah.
”Kami akan mempertimbangkan penambahan tangga di setiap halte,” kata Fatikhun. Dari 21 halte yang sudah digunakan saat ini, seluruhnya memang belum mengakomodasi kebutuhan naik turun bus high deck.
Juru bicara Perusahaan Daerah Mitra Patriot (PDMP), badan usaha milik daerah (BUMD) pengelola transpatriot, Iqbal Daut, mengatakan, penyesuaian juga perlu dilakukan pada rute yang akan dilewati.
Menurut dia, dimensi bus hibah lebih besar dari transpatriot yang merupakan bus sedang. ”Kami akan mengkaji teknis penggunaan bus hibah tersebut, terutama terkait dengan dimensi dan penyesuaiannya dengan rute,” ujar Iqbal.
Rute baru
Menurut Fatikhun, seiring dengan penambahan bus, pihaknya mempertimbangkan juga pembukaan rute baru. Sejak diuji coba operasi pada akhir November lalu, transpatriot baru melewati satu rute, yaitu Terminal Bekasi-Harapan Indah dan sebaliknya.
Berdasarkan kajian dishub, terdapat beberapa rute yang potensial, antara lain Pondok Gede-Terminal Bekasi, Sumber Artha-Wisma Asri, dan Summarecon-Terminal Bekasi. ”Pembukaan rute juga bisa dilakukan pada jalur yang belum dilewati angkutan umum,” ujarnya.
Iqbal menambahkan, permintaan pembukaan rute baru juga datang dari masyarakat. Sebagian besar warga ingin agar angkutan massal dalam kota itu melewati kawasan perumahan. ”Contohnya, masyarakat berharap transpatriot bisa melewati kawasan Perumnas I,” lanjutnya.
Oleh karena itu, keberadaan bus tambahan diharapkan dapat mengoptimalkan transportasi massal dan meningkatkan antusiasme masyarakat. Hingga saat ini, bus itu masih sepi penumpang.
Berdasarkan catatan PDMP, jumlah penumpang per hari 20-30 orang per bus. Mereka pun masih menikmati layanan transportasi massal secara gratis. Sebab, penentuan tarif masih menunggu regulasi dari Pemerintah Kota Bekasi.
Peraturan wali kota yang di antaranya membahas standar pelayanan minimum sudah dibahas dengan DPRD. Jika sudah sah, kami akan menetapkan tarif dan warga sudah harus membayar,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Dishub Kota Bekasi Yayan Yuliana mengatakan, transpatriot memang diharapkan dapat memindahkan warga dari transportasi pribadi ke transportasi umum agar kemacetan pun bisa berkurang. Faktor penting untuk mencapainya adalah penambahan armada bus.
Ia menambahkan, transpatriot ditargetkan mampu menurunkan rasio volume kendaraan dengan kapasitas jalan (v/c ratio) sebesar 30 persen. Menurut Yayan, v/c ratio di Kota Bekasi sudah mencapai angka 0,8.