Alfonso Cuaron, ”Roma”, dan Sekolah Terbaik Perfilman
Oleh
Wisnu Dewabrata
·3 menit baca
Sejarah perfilman, baik dunia maupun dalam negeri, merupakan salah satu sumber sekaligus ”sekolah perfilman” terbaik yang dapat dipelajari dan menjadi tempat belajar bagi pembuat film dan bahkan mahasiswa studi sinematografi di mana pun mereka berada.
Kesalahan yang sering terjadi selama ini adalah kebanyakan pembuat film, sutradara, ataupun penulis naskah lebih tertarik dan ingin meniru serta mengulang kesuksesan yang telah dan pernah didapat para pendahulu atau senior sehingga kerap kali mereka juga terjebak melakukan kesalahan yang sama.
Nasihat tersebut disampaikan sutradara, penulis naskah, dan editor pemenang Oscar asal Meksiko, Alfonso Cuaron, Kamis (20/12/2018) malam. Wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata, hadir dalam pemutaran film (screening) karya Cuaron, Roma, atas undangan Netflix, Singapura.
Film itu memenangi penghargaan bergengsi perfilman, Golden Lion, di Venice Film Festival Ke-75 pada Agustus lalu.
”Dekati dan kenali dirimu sendiri. Jangan pernah meniru atau mengopi (orang lain). Hal seperti itu pernah saya lakukan pada satu masa perjalanan karier saya lantaran saya kepingin jadi seperti pembuat film terkenal lain atau saat saya ingin meniru beberapa mazhab pembuatan film tertentu,” tuturnya.
Bagi Cuaron, suara dan kemampuan asli dari ciri khas diri sendiri justru dibutuhkan saat seorang pembuat film ingin masuk ke dunia film komersial. Hal itu merupakan aset berharga sehingga karya-karya yang dihasilkan bisa memiliki nilai artistik yang orisinal.
”Tak ada sekolah sinematografi terbaik dan paling hebat selain dari sejarah perfilman itu sendiri. Bahkan sejak masa Lumière dan Méliès. Sangatlah mengagumkan untuk mempelajari perkembangan perfilman selama bertahun-tahun. Saya ajak Anda semua untuk kembali berkunjung (revisit) atau mengunjungi untuk pertama kali para pembuat mahakarya ini bahkan sejak awal perjalanan mereka,” tambah Cuaron.
Lumière bersaudara, Auguste dan Louis, dianggap sebagai pembuat film pertama yang tercatat dalam sejarah. Rekaman film pertama mereka buat pada 19 Maret 1895. Sementara Marie-Georges-Jean Méliès (1861-1938) asal Perancis dikenal sebagai peletak tata cara dan teknik-teknik pembuatan film pertama, termasuk sebagai sutradara, penggunaan efek spesial, teknik pengambilan gambar, serta penerapan storyboard.
”Sering kali Anda akan berpikir sedang membuat sesuatu yang orisinal, padahal teknik, cara, atau film seperti itu sebenarnya sudah pernah dilakukan berkali-kali tahun 1920-an,” ujar Cuaron.
Nama Cuaron mulai dikenal global lewat filmnya yang bergenre drama, A Little Princess (1995), yang mendapat nominasi untuk dua kategori Oscar.
Proyek filmnya yang lain dan juga menuai sukses adalah Gravity (2014), dibintangi Sandra Bullock dan George Clooney. Film ini memenangi tujuh piala dari 10 nominasi Oscar. Salah satunya, mendatangkan penghargaan sutradara terbaik untuk Cuaron.
Beberapa film Cuaron lain adalah Y Tu Mama Tambien (2001), Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004), serta Children of Men (2006). Roma sendiri bercerita tentang seorang pekerja rumah tangga perempuan bernama Cleo di sebuah keluarga kelas menengah atas kota Roma di Meksiko City pada tahun 1970-1971.