Ketegaran Perempuan dalam ”Roma”
Perempuan adalah makhluk hebat, kuat, dan tahan banting. Bahkan, pada saat krisis tiba-tiba menjungkirbalikkan seluruh keadaan seketika. Begitulah Afonso Cuarón membingkai sosok perempuan dalam film ”Roma”. Menariknya, Cuarón lebih melirik kanal digital ketimbang layar bioskop untuk filmnya kali ini.
Film Roma yang disutradarai dan diproduseri oleh Alfonso Cuarón ini Agustus lalu baru saja diganjar penghargaan bergengsi perfilman internasional, Golden Lion, di Venice Film Festival Ke-75. Cuarón juga berperan sekaligus sebagai editor dan penulis naskah film tersebut.
Film Roma, diakui Cuarón, didasari ingatan samar masa kecilnya. Dalam film ini, Cuarón berkisah tentang perempuan-perempuan hebat yang coba dia gambarkan lewat dua tokoh utamanya.
Cleodegaria ”Cleo” Gutiérrez (Yalitza Aparicio), seorang pembantu rumah tangga, dan Sofia (Marina de Tavira), majikannya. Mereka tinggal pada satu masa di latar belakang awal tahun 1970-an di sebuah rumah besar di kawasan urban kelas menengah, Roma, pusat kota Mexico City.
Sofia adalah ibu dari empat anak, yang juga istri seorang dokter dari kalangan terhormat, Antonio (Fernando Grediaga). Namun siapa sangka, Antonio ternyata berselingkuh dan bahkan tega meninggalkan istri dan keempat anaknya walau awalnya mereka diperlihatkan tampak harmonis.
Beban Sofia menjadi bertambah berat terutama ketika putra keduanya, Paco (Carlos Peralta), secara tak sengaja tahu kelakuan ayahnya. Keempat anak Sofia memang tadinya hanya tahu kalau ayah mereka pergi ke luar negeri, Kanada, untuk menghadiri sebuah konferensi. Sang ayah bahkan tak pulang ke rumah saat libur Natal atau saat istri dan keempat anak mereka berlibur ke kampung halaman mereka pada malam pergantian tahun.
Hanya ibu Sofia, Teresa (Verónica García), yang juga tinggal bersama mereka, menjadi tempat mengadu. Namun, dalam kondisi kacau seperti itu, Sofia tetap bertekad menjaga serta mempersatukan dirinya dan anak-anaknya.
Di tengah kekacauan tadi, Cleo juga mengalami masalahnya sendiri. Perkenalannya dengan seorang pria yang tegila-gila pada ilmu bela diri kungfu, Fermin (Jorge Antonio Guerrero), berujung masalah. Fermin adalah sepupu dari pacar temannya sesama asisten rumah tangga. Saat tahu Cleo hamil, Fermin malah menghilang.
Saat Cleo mengadu, Sofia berempati dan dengan tulus menerima kondisi pembantu rumah tangganya itu. Sofia bahkan mengantar sendiri Cleo memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Hubungan keluarga Sofia dan Cleo sangatlah dekat. Anak-anak Sofia bahkan bersikap sangat manja dan menyayangi Cleo.
Ketegangan yang memuncak juga dilatari kekisruhan politik yang terjadi dan menjadi latar film ini. Di tengah kericuhan politik tersebut, kisah drama Cleo dan Sofia berlanjut dengan kejutan-kejutan menegangkan. Namun, peristiwa-peristiwa tersebut menjadi semacam titik balik dari keadaan yang mereka alami.
Tayang di Netflix
Selain memenangi penghargaan Golden Lion, film Roma juga dinominasikan di ajang penghargaan perfilman bergengsi lainnya, Golden Globe, untuk beberapa kategori, seperti sutradara terbaik, film berbahasa asing terbaik, dan kategori naskah film terbaik.
Namun, Cuarón mengaku lebih memilih film Roma untuk ditayangkan lewat platform kanal menonton film berbayar, Netflix, ketimbang di layar bioskop walau tetap tak menutup kemungkinan hal itu dilakukan.
Pernyataan tersebut dia sampaikan saat sesi tanya jawab dan jumpa penggemar seusai pemutaran di bioskop Filmgarde Bugis+, Singapura, Kamis (20/12/2018) malam, atas undangan Netflix yang juga memiliki kantor perwakilan di negara kota itu.
Menurut Cuarón, bioskop memang menjadi salah satu pilihan sekaligus bagian dari kehidupan sebuah karya film. Akan tetapi, masa atau usia tayang sebuah film di bioskop sangatlah pendek. Padahal, dirinya, seperti juga pembuat film yang lain, berharap karyanya itu bisa menjangkau sebanyak mungkin orang dan bisa bertahan selama mungkin.
Nama Cuarón mulai dikenal global lewat filmnya bergenre drama, A Little Princess (1995), yang mendapat nominasi untuk dua kategori penghargaan Oscar atau Academy Awards. Proyek filmnya yang amat menuai sukses adalah Gravity (2014) yang dibintangi Sandra Bullock dan George Clooney. Film ini memenangi tujuh piala dari 10 nominasi Oscar. Beberapa karyanya yang juga sukses antara lain Y Tu Mama Tambien (2001), Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004), dan Children of Men (2006).
Menurut Cuarón, ada banyak tantangan saat pembuatan film Roma, termasuk ketika dirinya mencari rumah tempat pengambilan gambar yang sama persis dengan rumah masa kecilnya. Selain itu, dia juga harus berjuang keras mencari beragam barang dan properti film, termasuk mebel, yang mirip dengan barang-barang dan mebel yang digunakan pada masa itu.
Menggunakan format tampilan film hitam putih, semakin memperkuat nuansa dan atmosfer yang dibutuhkan untuk mendukung cerita. Selain itu, Cuarón juga menerapkan sejumlah pendekatan menarik saat pengambilan gambar.
Ia menerapkan pengambilan gambar berdasarkan urutan kronologis. Cuarón juga melibatkan para pemeran non-aktor dari kalangan profesional terkait sehingga adegan dan dialog bisa berjalan sealamiah mungkin.
”Jadi, untuk peran dokter atau perawat, saya melibatkan pemeran dari kalangan non-aktor. Mereka memang benar-benar dokter atau perawat sehingga gerak-gerik, dialog, reaksi, dan tindakan yang mereka lakukan saat pengambilan gambar benar-benar natural dan tak dibuat-buat,” ujarnya.