Nyanyian ”Gaib” Iwan Fals
Sosoknya semakin terlihat matang berkarisma dengan rambut yang nyaris sepenuhnya memutih. Malam itu, karisma Iwan tidak hanya menyeruak di atas panggung, tetapi juga secara virtual. Inilah bentuk konser ”streaming” yang bisa menjadi tren pada masa depan.
Saat ditemui di belakang panggung, beberapa saat menjelang penampilannya di konser bertajuk ”Nyanyian yang Tersimpan”, Minggu (16/12/2018), penyanyi lagu-lagu balada yang juga sarat dengan kritik sosial itu duduk santai mendengarkan dan menjawab pertanyaan wartawan.
Orang selama ini memang mengenalnya lewat lirik-lirik lagu ciptaannya yang sarat dengan tema-tema perlawanan, keras, dan tajam. Beberapa lagunya macam ”Bongkar” dan ”Bento” sempat menjadi semacam suara pemberontakan terhadap sebuah rezim otoriter, Orde Baru, menjelang kejatuhannya.
Namun, Iwan juga banyak menciptakan lagu-lagu romantis tentang kisah percintaan yang tanpa dan bahkan tak pernah terdengar mendayu-dayu, apalagi meratap-ratap. Lagu-lagu cinta Iwan punya lirik khas, sederhana, apa adanya, serta kadang terdengar nakal dan lucu walau tetap tak mengurangi kadar keromantisannya.
Dalam konser yang digelar di Livespace, kawasan pusat bisnis SCBD, tersebut, Iwan yang mengenakan baju berkerah putih dibalut jaket gelap dan topi cap hitam tampak sangat kasual. Dia membawakan total 20 lagu.
Menonton daring
Selain dihadiri langsung para penggemarnya, yang membayar tiket seharga Rp 735.000 atau Rp 495.000 dengan diskon pada hari belanja daring nasional (harbolnas), aksi Iwan di atas panggung juga bisa ditonton secara daring (live streaming) dan lewat kanal televisi berbayar.
Tidak hanya bisa disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia, konser daring tersebut juga bisa disaksikan dari 10 negara yang telah terkoneksi dengan Telkom International, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Taiwan, Myanmar, Arab Saudi, Australia, dan bahkan Amerika Serikat.
Menurut pihak penyelenggara, Senior Vice President Strategic and Business Development PT Metra Digital Media by Telkom Eddy Sofryano, para penonton daring harus terlebih dahulu mendaftar untuk menonton per tayangan (pay for view) dengan biaya Rp 15.000.
Ada sekitar 1.500 orang yang datang menonton secara langsung, sementara mereka yang terdaftar menonton secara daring jumlahnya mencapai 20.000 subscribers. Selain para penonton usia paruh baya, tak sedikit pula di antara mereka yang datang masih berusia muda dan bahkan remaja. Rata-rata dari mereka hafal lagu-lagu sang legenda itu.
Konser streaming Iwan adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan setelah grup musik rock legendaris Tanah Air God Bless dan band beraliran pop asal Denmark, Michael Learns to Rock, sepanjang tahun ini. Namun, dua konser live streaming tersebut masih belum bisa diakses dari luar negeri.
”Kalau secara angka sekarang jumlahnya memang masih sedikit, baru ada 20.000 subscribers. Akan tetapi, kalau melihat total pelanggan akses internet Indihome yang mencapai 5 juta pelanggan dan pengguna jasa sambungan seluler Telkomsel yang mencapai 146 juta orang, captive market konser streaming macam begini masih sangat menjanjikan pada masa depan,” ujar Eddy.
Lagu ”gaib”
Dari 20 lagu yang dibawakan, ada lima lagu istimewa yang ditampilkan Iwan dalam konsernya kali ini. Lima lagu ”gaib” yang menjadi semacam ”roh” dan cocok dengan judul konsernya. Disebut gaib karena lagu-lagu tersebut adalah bagian dari puluhan lagu yang diciptakan Iwan sepanjang karier bermusiknya tanpa pernah direkam, apalagi dipublikasikan, tentunya dengan beragam alasan.
”Kalau dihitung-hitung jumlahnya (lagu gaib) mungkin ada 60-an lagu. Kebanyakan lagu-lagu itu direkam langsung sama teman-teman saat saya sedang proses ciptakan. Jadi, ya, kualitas rekamannya pun seadanya. Yang lima ini saja saat didengarkan lagi rekamannya, bunyinya sudah enggak terlalu jelas,” ujar Iwan.
Walau tak pernah terpublikasikan, lagu-lagu yang tersimpan ini tetap dikenal dan bahkan banyak dinyanyikan para penggemar fanatik Iwan. Beberapa dari mereka bahkan menyanyikan dan menggunggahnya di kanal Youtube.
Cerita rezim
Beberapa lagu tak pernah direkam dan dipublikasikan lantaran dianggap rentan dan terlalu kritis untuk masanya. Pihak produser takut, jika terpublikasi dalam album, lagu-lagu tersebut bakal jadi masalah. Maklum, pada masa itu, rezim otoriter Orde Baru masih sangat kuat dan berbahaya, bahkan menjelang masa kejatuhannya.
Salah satu dari kelima lagu tersebut berjudul ”Annisa” yang bercerita tentang anak kedua Iwan, Annisa Cikal Rambu Basae. Lagu itu ditulis tahun 1984 saat Annisa masih ada di dalam rahim ibunya. Selain itu, lagu tadi juga bercerita tentang dua kejadian besar di Jakarta, tragedi ledakan gudang peluru militer di Cilandak, Jakarta Selatan, dan peristiwa Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kedua peristiwa yang menyambut kelahiran anak keduanya itu diketahui banyak memakan korban jiwa sekaligus menandai keberadaan rezim otoriter mantan Presiden Soeharto yang berkuasa lebih dari tiga dekade dengan tangan besi.
”Rujak tujuh rupa untuk usia tujuh bulan selamatan banyak pasar yang tutup sebab ada juga rujak mortir,” begitu bunyi penggalan syair lagu ciptaan Iwan tadi.
Selain lagu ”Annisa”, empat lagu lain yang tak pernah masuk studio rekaman ataupun terpublikasi, antara lain berjudul ”Bunga Kayu di Beranda”, ”Berkaca pada Genangan Air Hujan”, ”Harapan Tidak Boleh Mati”, dan ”Untukmu Indonesia”, dimainkan berselang seling dengan 15 lagu populer Iwan yang lain.
”Saya pernah mengontrak di kawasan Bintaro, sebuah rumah dengan halaman kecil di belakang dan samping. Ada ukiran bunga kayu dari Bali. Saat itu suasana di luar serba berisik, di masa peralihan dari Soeharto, era reformasi, saat itu saya merasa tenang dan banyak menciptakan lagu, yang juga terinspirasi dari apa yang saya lihat di sekeliling. Saya bisa cerita tentang kursi, genangan air, dan ukiran kayu,” ujar Iwan.
Beberapa lagu bertema romantis populer juga dibawakan Iwan, seperti ”Ya atau Tidak”, berkisah tentang seorang pria yang meminta kepastian, apakah cintanya ditolak atau diterima oleh perempuan idamannya. Juga ada lagu ”Aku Sayang Kamu” yang bercerita tentang pernyataan cinta apa adanya untuk sang kekasih.
Kemudian ada ”22 Januari” yang ditulis Iwan pada 1981 tentang janji setia pernikahan dengan sang istri. Disusul lagu berjudul ”Ikrar” yang ditulis setahun kemudian, berkisah tentang kelanjutan kisah keduanya mengarungi bahtera rumah tangga.
Sepanjang membawakan 20 lagu, kualitas vokal Iwan masih lumayan prima, khas dengan teriakannya yang serak-serak basah. Selain menyanyi dan bermain gitar, Iwan juga menunjukkan kebolehan lainnya bermain harmonika. Pada beberapa lagu, para penggemar Iwan yang datang menonton pun ikut bernyanyi penuh semangat hingga lagu terakhir.