Sekolah Didorong untuk Kreatif Kembangkan Sumber Belajar
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Sekolah didorong agar kreatif memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekeliling. Ada beragam potensi sumber belajar yang dapat membantu berkembangnya pembelajaran kontekstual yang berasal dari pengalaman dan lingkungan sekitar sekolah.
Deputi Program PINTAR Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati di Jakarta, Sabtu (22/12/2018) mengatakan dari pengalaman mendampingi sekolah di daerah, pimpinan sekolah dan guru perlu dibantu memahami potensi yang ada di sekolah dan lingkungan agar mereka berkembang. "Selanjutnya, kreativitas dari pihak sekolah dan guru bermunculan untuk mendorong perubahan sekolah makin bermutu," kata Margaretha.
Kreativitas dari pihak sekolah dan guru bermunculan untuk mendorong perubahan sekolah makin bermutu.
Pustakawan SDN 173/V Tanjung Benanak, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, Kartika Isnaini, mengatakan sekolah yang didampingi Tanoto Foundation dalam pengembangan perpustakaan sekolah sempat kebingungan untuk menambah koleksi buku bacaan. Lalu, sekolah pun melihat perpustakaan desa dapat dimanfaatkan untuk mendukung sekolah.
"Kami jadi terbuka melihat potensi di sekitar sekolah untuk dapat mendukung peningkatan mutu sekolah. Akhirnya, perpustakaan desa jadi solusi untuk mendukung penguatqn literasi di sekolah. Koleksi buku di perpustakaan desa bisa juga dipinjam sekolah untuk memperkaya sumber belajar," kata Kartika.
Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendorong sekolah untuk menguatkan interaksi tri pusat pendidikan yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian, sekolah tidak lagi sendiri dalam menjalankan pendidikan bagi anak bangsa.
"Ada potensi dari keluarga dan masyarakat untuk mendukung pendidikan. Kami mendorong adanya berbagi sumber daya dalam pendidikan sehingga keterbatasan sekolah tidak menghalangi terwujudnya pembelajaran berkualitas. Ada banyqlak sumber daya di sekeliling, baik dari seni budaya atau sumber belajar lain yang bisa dioptimalkan untuk mendukung sekolah," kata Muhadjir.
Secara terpisah, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Museum, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Fitra Arda, mengatakan sekolah dapat menjadikan aset-aset budaya sebagai sumber belajar.
Cagar budaya dan museum dapat menjadi kekuatan suatu sekolah dalam zona tertentu.
"Guru bisa mengajarkan banyak hal dari aset-aset budaya itu. Nilai-nilai seperti toleransi dan kebersamaan. Bukti fisik di museum dan cagar budaya dapat menjadi contoh kebinekaan kita di masa lalu," kata Fitra.
Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sekolah yakni Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari yang berlokasi di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pertengahan Desember lalu. Museum ini diharapkan jadi tempat rujukan dalam mencari informasi perkembangan Islam di Indonesia sekaligus menjadi media pendidikan karakter.
Museum Islam Indonesia yang mulai dibangun pada 2014 ini tidak hanya memamerkan koleksi berupa artefak, manuskrip, dan arsip sejarah persebaran Islam di Indonesia, tetapi juga diharapkan menjadi ruang publik untuk berdialog, dan merawat kebinekaan.
Mendikbud menyampaikan Museum Islam Indonesia tidak hanya memamerkan koleksi berupa artefak dan peninggalan sejarah Islam di Indonesia, tapi juga menjadi pusat ilmu dan tempat belajar masyarakat, khususnya generasi muda. "Generasi muda harus paham betul sejarah pergerakan Islam di Indonesia," kata Muhadjir.
Tradisi pendidikan karakter di pesantren yang sangat khas akan memberi corak tersendiri dalam pengembangan museum. Ia berharap semakin banyak masyarakat dapat memahami pesan dan meneladani nilai-nilai luhur yang tersembunyi di balik koleksi museum.