”Bani Itu Orang Terbaik yang Pernah Saya Kenal...”
Oleh
Haris Firdaus
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Jenazah Muhammad Awal Purbani, pemain bas band Seventeen yang menjadi korban tsunami Selat Sunda, dimakamkan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (24/12/2018) siang. Kepergian pria yang akrab dipanggil Bani itu meninggalkan kenangan mendalam pada diri keluarga dan sahabatnya.
Salah seorang yang merasa sangat kehilangan Bani adalah mantan vokalis Seventeen, Doni Saputro (41). Pada Senin siang, Doni datang melayat ke rumah orangtua Bani di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman. Dia juga ikut mengantar jenazah sang sahabat hingga ke lokasi pemakaman yang berada tak jauh dari rumah duka.
”Bani orang terbaik yang pernah saya kenal,” kata Doni saat ditanya tentang sosok sahabatnya tersebut.
Bani menjadi salah seorang korban meninggal dalam peristiwa tsunami yang terjadi di Banten pada Sabtu (22/12/2018) malam. Saat tsunami berlangsung, Bani dan para pemain Seventeen tengah pentas dalam acara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di Tanjung Lesung, Banten.
Ketika grup musik itu tampil, tiba-tiba air datang dan menghantam panggung yang berdekatan dengan pantai. Bani bersama gitaris Seventeen, Herman Sikumbang, dan road manager, Oki Wijaya, meninggal dalam peristiwa itu. Sementara drumer Seventeen, Windu Andi Darmawan, dilaporkan masih hilang.
Doni menuturkan, meski tak lagi bergabung dengan Seventeen, ia tetap bersahabat baik dengan para personel grup musik tersebut. ”Memang beberapa saat kami sempat lostcontact (hilang kontak), ya. Tetapi, yang namanya persahabatan dan persaudaraan kami dari hati, ya akhirnya nyambung lagi. Saya merasanya walaupun secara fisik kami jarang ketemu, cuma ikatan batin itu lebih kuat,” ungkapnya.
Apalagi, Doni ternyata masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Windu Andi Darmawan dan beberapa kru Seventeen. Ia pun menyebut para personel Seventeen sebagai orang-orang terbaik yang pernah dikenalnya. ”Orang-orang terbaik yang pernah saya kenal itu Seventeen. Keluarga terbaik yang pernah saya punya itu Seventeen,” katanya.
Menurut Doni, ia memiliki banyak kenangan indah dengan para personel Seventeen, seperti Bani, Herman, dan Andi. Doni mengisahkan, saat merintis Seventeen, para personel band itu kerap berbagi banyak hal, mulai dari makanan sampai rokok.
”Awal-awal perjuangan itu kami berbagi segala macam, seperti makanan dan rokok. Tidak ada satu bungkus makanan itu yang kami habiskan sendiri. Kami selalu berbagi. Ya, adanya seperti ini kami nikmati bareng-bareng, kami jalani bareng-bareng,” kata Doni mengenang.
Doni juga menyebut para personel dan manajemen Seventeen yang meninggal di Banten sebagai orang-orang yang meninggal saat tengah berjihad. Hal ini karena mereka sedang mencari nafkah untuk keluarga saat tsunami menerjang dan akhirnya menewaskan mereka.
”Satu hal yang bikin saya pribadi iri dan cemburu pada sahabat-sahabat saya di Seventeen adalah mereka meninggal dalam kondisi jihad mencari nafkah untuk keluarganya, untuk anak istrinya. Menurut saya, (mereka) ibarat meninggal di medan peperangan. Tidak semua orang bisa seberuntung mereka,” ucap Doni.
Rendah hati
Gitaris band Sheila on 7, Eross Candra, juga memiliki kenangan tentang Bani. Eross mengatakan, dirinya sudah lama mengenal Bani dan sempat sering nongkrong bareng. ”Bani itu saya kenal sudah lama dan dulu satu tongkrongan,” katanya saat ditemui seusai pemakaman Bani.
Eross menambahkan, hubungannya dengan Bani juga terjalin karena pada awal kariernya, Seventeen sempat melakukan rekaman di studio milik Eross. Menurut dia, Bani adalah orang yang rendah hati dan bisa berkawan dengan siapa saja. Ia juga menyebut, kemampuan Bani sebagai musisi tak perlu diragukan lagi.
”Yang paling saya ingat, dia adalah orang yang humble (rendah hati), sama siapa saja berkawan,” ujar Eross.
Sementara itu, ayahanda Bani, Fajar Wibowo (57), menuturkan, jenazah anaknya tiba di rumah duka pada Senin sekitar pukul 09.00. Dia menambahkan, jenazah sang anak dibawa dari Jakarta menggunakan pesawat. Sementara itu, pemakaman jenazah Bani dilakukan sekitar pukul 13.00.
Fajar mengatakan, Bani merupakan anak yang baik dan disukai oleh saudara dan teman-temannya. Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, Bani juga kerap membantu membayar biaya pendidikan adik-adiknya.
Bahkan, lanjutnya, beberapa hari sebelum peristiwa tsunami di Banten, Bani sempat mengirimkan pesat Whatsapp kepada orangtuanya dan berjanji akan membantu melunasi biaya pendidikan adik bungsunya yang masih sekolah. ”Saya bangga dengan anak saya ini,” katanya.