JAKARTA, KOMPAS — Rencana pemerintah membuat skema pembiayaan perumahan khusus bagi kelompok milenial mendapat apresiasi. Namun, rumah susun sewa atau apartemen sewa dinilai paling sesuai dengan karakteristik milenial yang cenderung bermobilitas tinggi.
Skema pembiayaan serupa disiapkan bagi aparatur sipil negara (ASN) dan TNI-Polri. Beberapa hal jadi pertimbangan antara lain soal batasan gaji, luas rumah yang bisa dibeli, dan bunga kredit.
Menurut pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Jehansyah Siregar, di Jakarta, Minggu (23/12/2108), kaum milenial butuh hunian yang sesuai dengan gaya hidup yang berpindah-pindah untuk mengejar karier. Oleh karena itu, skema pembiayaan mesti memperhatikan karakteristik tersebut.
Mereka ada yang masih remaja dan telah bekerja. Pendapatan mereka kebanyakan masih terbatas karena dalam proses membangun karier. Dengan kondisi itu, rusun sewa atau apartemen sewa dinilai paling sesuai. Mereka tidak terbebani angsuran atau aset.
”Jadi bukan rumah susun sederhana milik karena mereka masih akan pindah-pindah. Biasanya baru ketika anak mereka mulai besar, mereka akan berpikir untuk menetap,” ujar Jehansyah.
Pengamat perumahan dan permukiman, Tjuk Kuswartojo, berpendapat serupa. Menurut dia, di kawasan perkotaan di negara-negara maju, pemerintah menyediakan hunian sewa bagi pekerja muda atau keluarga muda. Mereka bisa pindah ketika berkeluarga atau jumlah keluarga bertambah dan butuh hunian lebih besar.
Menurut Tjuk, ketika pemerintah mendorong hunian milik, hal itu justru akan mendorong harga tanah atau rumah semakin tinggi. Akibatnya, pemerintah semakin sulit untuk mengendalikan harga tanah dan menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan yang juga Pelaksana Tugas Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Khalawi Abdul Hamid berpandangan, hunian yang sesuai dengan kebutuhan kelompok milenial adalah rumah sewa atau rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
”Karena lebih terjangkau. Sambil kemudian mengumpulkan dana untuk membeli rumah,” kata Khalawi.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata, dengan kebiasaan yang serba praktis dan mudah, maka hunian yang dibutuhkan kelompok milenial adalah hunian yang memenuhi itu, semisal apartemen. Apartemen pun bisa jadi tidak perlu yang besar, yang penting fungsional.
Jika pemerintah hendak mendorong kelompok ini untuk memiliki hunian atau rumah, yang perlu dipikirkan adalah alasan agar mereka perlu rumah. Sebab, mereka cenderung tidak menempatkan pembelian rumah sebagai prioritas utama.