JAKARTA, KOMPAS--Kelanjutan investasi di kawasan ekonomi khusus atau KEK Tanjung Lesung, Banten, dievaluasi. Langkah evaluasi terkait faktor bencana itu juga akan dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh KEK di Indonesia.
Sekretariat Dewan Nasional KEK sudah berkoordinasi dengan PT Jababeka Tbk selaku pengelola KEK Tanjung Lesung. Salah satu fokus evaluasi adalah kelangsungan investasi di masa mendatang. KEK Tanjung Lesung yang beroperasi sejak 2015 menarik banyak investasi.
Ada tiga tindak lanjut yang segera dilakukan pemerintah, yaitu memetakan kerusakan, mengevaluasi keberlangsungan KEK serta dampak kerusakan terhadap investor, dan melaporkan seluruh identifikasi tersebut kepada Menteri Koordinator Perekonomian.
“Pemerintah juga akan mengevaluasi perkembangan semua KEK. Saat ini sudah ada dua KEK terdampak bencana, yaitu KEK Palu dan Tanjung Lesung,” kata Sekretaris Menko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, yang dihubungi Kompas, Minggu (23/12/2018) malam.
Sekretaris Dewan Nasional KEK Enoh Suharto Pranoto menyampaikan, pembentukan KEK sudah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga faktor risiko bencana seharusnya sudah diperhitungkan. “Tentunya kami akan usulkan secara khusus faktor-faktor bencana menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan membuat KEK,” katanya.
Enoh menambahkan, pemerintah sudah menetapkan 12 KEK. Saat ini 6 KEK sudah beroperasi, sedangkan 6 KEK sedang dibangun.
Tidak terganggu
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono yang dihubungi Minggu, mengatakan, bencana tsunami di pesisir Selat Sunda tidak mengganggu operasional pabrik-pabrik berbasis petrokimia di Banten.
"Sekitar 20 pabrik petrokimia di Banten berokasi mulai sekitar Hotel Marbella, Anyer, ke arah utara hingga Bojonegara, Serang. Sementara gelombang tinggi melanda pesisir sebelah selatan Hotel Marbella, jadi pabrik-pabrik tidak terganggu," kata Fajar.
Fajar menambahkan, kapal yang hendak bongkar muat di dermaga perusahaan harus lebih hati-hati dan waspada karena gelombang tinggi di Selat Sunda. Kendati waktu bongkar muat lebih lama, namun kondisi tersebut dinilai tidak terlalu mengganggu karena pabrik memiliki stok yang terjaga di tanki.
Wisata
Bencana tsunami di sejumlah wilayah di Banten diperkirakan menurunkan tingkat hunian hotel di kawasan wisata itu.
Ketua Harian Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten, Ashok Kumar, mengatakan, ada tamu hotel yang memilih pulang lebih awal akibat bencana tsunami itu. Bahkan, beberapa hotel telah memindahkan tamu ke hotel lain yang aman dari terjangan air.
“Kami tidak bisa menahan tamu hotel yang memilih pulang sebelum waktu pemesanan hotel berakhir. Tamu-tamu yang baru akan datang kebanyakan menanyakan kondisinya seperti apa. Banyak yang memutuskan tidak jadi datang, tetapi ada juga yang tetap akan datang,” kata dia saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Ashok menambahkan, bencana tsunami dapat menurunkan tingkat hunian hotel di kawasan itu pada periode libur Natal dan Tahun Baru. Hotel-hotel di sekitar Pantai Anyer dan Tanjung Lesung merupakan lokasi favorit menginap wisatawan yang ingin menikmati malam tahun baru. Biasanya, dua hari menjelang pergantian tahun, tingkat hunian hotel di kawasan wisata Banten itu terus meningkat, hingga mencapai 95 persen.
Berdasarkan data PHRI, ada tujuh hotel di wilayah pesisir barat Banten rusak akibat terjangan tsunami.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi, Sanny Iskandar mengatakan, sudah berkoordinasi dengan manajemen KEK Tanjung Lesung serta pengembang kawasan dan hotel atau resor di daerah Anyer dan Carita, Banten.
Melalui pesan tertulis dari Vatikan, Sanny menyampaikan, pada intinya pelaku usaha akan segera mengatasi situasi akibat bencana tsunami. Dukungan dan kerja sama, baik dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun instansi/lembaga, sangat dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan situasi. (KRN/DIM/CAS)