PANDEGLANG, KOMPAS — Tim pencari gabungan mengupayakan jalur alternatif melalui laut ataupun udara untuk mengevakuasi korban dan mendistribusikan logistik ke wilayah terdampak tsunami di Kabupaten Pandeglang, Banten. Hal itu disebabkan jalur darat menuju wilayah selatan Pandeglang, seperti Kecamatan Panimbang, Tanjung Lesung, dan Sumur, belum sepenuhnya terbuka.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin (24/12/2018), mengatakan, pihaknya mengupayakan penerbangan langsung ke Tanjung Lesung menggunakan pesawat berkapasitas angkut 12 orang dan 12 ton barang. Saat ini tengah dilakukan perbaikan titik landasan di Tanjung Lesung karena adanya genangan air.
”Kementerian Perhubungan mengupayakan jalur alternatif melalui udara. Akan dilakukan penerbangan langsung ke titik terdampak tsunami,” ucap Budi.
Selain itu, pihaknya juga mengupayakan distribusi bantuan yang lebih masif menggunakan kapal melalui Pelabuhan Merak ke wilayah terdampak tsunami yang sulit diakses melalui jalur darat.
”Perjalanan laut cukup lama, tetapi kapasitas angkut mencapai 20-30 ton. Akses Pelabuhan Merak (Banten)-Bakauheni (Lampung) tidak terganggu. Semoga lancar dan tidak ada hambatan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Basarnas Banten Zaenal Arifin mengatakan, kapal patroli milik Badan Keamanan Laut (Bakamla), yakni KN Belut Laut-4806, akan membantu pencarian dan pertolongan korban tsunami di dua wilayah, yakni Banten dan Lampung.
Bakamla juga mengerahkan satuan tugas khusus yang terdiri atas dua tim Unit Reaksi Cepat Laut (URCL) beranggotakan 14 personel. Para personel tersebut memiliki kualifikasi penyelam search and rescue (SAR) permukaan dan bawah air.
Tim URCL diperkuat dengan 2 kendaraan air cepat rigid hull inflatable boat (RHIB), 8 set alat selam, serta sarana dan prasarana pendukung SAR lainnya. ”Kapal belum bergerak ke lokasi di selatan Pandeglang karena terkendala cuaca buruk berupa gelombang tinggi. Kami terus berkoordinasi,” kata Zaenal. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)