JAKARTA, KOMPAS — Musibah tsunami tidak hanya memberikan dampak langsung kepada masyarakat, tetapi juga menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Hal itu memunculkan potensi ancaman kesehatan dan sumber penyakit bagi warga. Karena itu, Kementerian Kesehatan mengambil sejumlah langkah pencegahan.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengingatkan warga terdampak tsunami di Banten agar memperhatikan kesehatan lingkungan. Hal itu menjadi penting supaya tidak memperburuk kondisi warga. ”Kita mencegah agar tidak terjadi penyakit yang bersumber dari lingkungan,” kata Nila dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/12/2018).
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengevakuasi korban meninggal karena akan membawa dampak terhadap lingkungan jika lama dibiarkan. Adapun korban terluka harus segera diobati.
Selanjutnya dilakukan pembersihan lingkungan seperti penyemprotan disinfektan dan pemasangan alat penjernih air untuk kebutuhan warga. Dalam hal ini dibutuhkan tenaga kesehatan lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bersumber dari lingkungan.
Pada Senin kemarin, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, saat dihubungi, mengatakan, pihaknya telah menerjunkan tim kedua yang berfokus pada kesehatan lingkungan. ”Tim ini sebagai wujud antisipasi jika ada kemungkinan munculnya wabah penyakit lain dampak dari kondisi lingkungan pascabencana,” ucap Yurianto.
Apresiasi
Nila juga mengapresiasi seluruh tenaga kesehatan yang membantu para korban bencana tsunami di Banten. Mereka membantu korban tanpa memikirkan waktu libur. ”Saya hargai tenaga kesehatan, termasuk perawat, bidang administrasi, dan dokter,” kata Nila.
Keberadaan dokter dalam bencana sangat dibutuhkan. Dokter menjadi orang pertama yang dicari untuk membantu para korban luka, baik fisik maupun psikis.
Selain tenaga kesehatan, Kemenkes juga menjamin kecukupan obat bagi para korban. Stok obat di semua dinas kesehatan di Provinsi Banten masih mencukupi. Persediaan obat di stok penyangga Kemenkes juga akan didistribusikan bagi korban tsunami.
”Satu lagi yang penting buat pengungsi, biskuit yang tinggi protein untuk diberikan kepada anak balita, anak sekolah, dan ibu hamil,” ujar Nila. (MELATI MEWANGI)