JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah permasalahan yang terjadi di Indonesia, seperti isu lingkungan dan keberagaman, menjadi pesan Natal 2018 di Gereja Katedral, Jakarta, Senin (24/12/2018). Di samping itu, keprihatinan bencana tsunami di Selat Sunda yang merenggut banyak nyawa menjadi pesan khusus yang disampaikan.
Misa Natal kedua pukul 20.00 itu dipimpin Romo Markus Yumanrtana, SJ; Romo Andang Listya Binawan, SJ; dan Romo Managam Hery Berthus Simbolon, SJ.
Dalam khotbahnya, Romo Andang Binawan menyampaikan rasa duka dan simpati yang mendalam kepada korban bencana tsunami di Selat Sunda. Kejadian itu menjadi kesempatan bagi semua masyarakat Indonesia yang beragam menunjukkan solidaritas tanpa memandang ras, agama, dan suku.
Perayaan Natal menjadi penanda kehadiran Tuhan yang membawa damai melalui kehadiran seorang anak manusia yang menjadi penyelamat manusia. ”Allah Bapa adalah raja yang pengampun. Raja yang tidak memberikan hukuman yang besar lalu selesai,” kata Romo Andang.
Menurut Romo Andang, solidaritas bukan hanya soal membantu mereka yang menjadi korban bencana, melainkan juga bagi kaum minoritas, terpinggirkan, dan yang dicela banyak orang. Mereka semua adalah sesama manusia yang juga butuh perhatian dan bantuan.
”Cakrawala solidaritas perlu diperluas. Bukan mempermasalahkan tentang berdosa atau tidak. Siapa di dunia ini yang tidak berdosa?” ujarnya.
Menjaga alam
Solidaritas terhadap alam dan lingkungan juga menjadi penekanan. Romo Andang menuturkan, solidaritas bukan hanya untuk generasi sekarang, melainkan juga untuk keberlangsungan generasi penerus dengan tindakan paling sederhana.
Menjaga dan merawat alam dengan baik agar tetap lestari dan layak bagi generasi selanjutnya merupakan tanggung jawab bagi semua yang hidup pada generasi saat ini. Paling mudah adalah mengurangi penggunaan plastik. Selain berbahaya bagi bumi, juga bagi manusia.
Dampak buruk sampah plastik bagi alam misalnya penemuan bangkai paus di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Perut paus itu berisi hampir 6 kilogram sampah plastik. ”Jangan sampai generasi penerus memakan sampah plastik yang sudah berlebihan dan dibuang sembarangan,” kata Romo Andang.
Pengamanan
Sejumlah pengamanan dilakukan berbagai elemen, baik petugas di gereja, personel TNI, personel kepolisian, dan organisasi kemasyarakatan. Secara khusus, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Tito Karnavian hadir memberikan ucapan selamat Natal.
”Saya ingin memastikan bahwa misa bisa dilaksanakan dengan aman dan damai. Semoga damai Natal menyertai kita semua,” ujar Hadi Tjahjanto dalam sambutannya di mimbar Gereja Katedral kepada semua umat yang hadir.
Adapun Tito Karnavian juga menyampaikan rasa syukurnya dengan tidak ada insiden-insiden buruk yang terjadi. ”Katedral menjadi salah satu simbol nasional dari keberagaman. Kita harus ubah perbedaan bukan menjadi pemisah, justru menjadi kekayaan sehingga NKRI terap utuh dengan segala perbedaannya,” kata Tito.
Dekorasi Keberagaman
Keberagaman menjadi dasar dari dekorasi Natal 2018 Gereja Katedral. Dekorasi itu mengacu pada tema besar Keuskupan Agung Jakarta terkait dengan arah dasar ajakan untuk umat lebih mengamalkan Pancasila terutama sila ketiga.
Jika tahun sebelumnya mengangkat tema berdasarkan pengamalan Pancasila sila kedua, yaitu ”Makin Adil Makin Beradab”, tahun ini bertema ”Kita Bineka, Kita Indonesia”. Dekorasi itu menunjukkan keindahan dan kekayaan Indonesia.
Bentuk-bentuk yang diukir dengan konsep siluet pada tripleks dan hiasan lainnya mengilustrasikan sejumlah kisah Indonesia. Ada gambar siluet tiga orang majus yang mencari bintang untuk bertemu raja dan malaikat-malaikat yang meniup trompet sangkakala.
Juga kereta andong dengan kusir yang memakai baju merah sedang mengangkut hasil bumi Indonesia, seperti sayur dan buah-buahan, kemudian ditarik oleh dua rusa Bawean yang terbuat dari rotan.
Sementara dekorasi yang terletak di dekat patung Kristus Raja tersebut menghadirkan kandang Natal yang didatangkan dari Jawa Tengah. Di sekeliling ilustrasi tersebut dipercantik dengan bunga-bunga ponsentia.
Saat memasuki halaman gereja, umat disambut dengan hiasan 2.000 bola-bola kertas berwarna merah, putih, dan hijau. Hiasan itu menggantung di setiap langit-langit tenda ataupun di tempel di beberapa tiang. ”Warna-warni bola kertas itu melambangkan Indonesia dan sukacita Natal,” kata Susyana Suwadie dari Humas Katedral Jakarta. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)