Area Pelosok Minim Bantuan
BMKG mengimbau masyarakat di sekitar Selat Sunda agar waspada serta menghindari wilayah pantai dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer dari bibir pantai.
PANDEGLANG, KOMPAS Bantuan logistik untuk korban bencana tsunami Selat Sunda, terutama bagi warga di daerah pelosok Kabupaten Pandeglang, Banten, masih minim. Kerusakan jalan dan buruknya cuaca menghambat proses distribusi bantuan.
Daerah pelosok di Pandeglang kebanyakan terdapat di Kecamatan Sumur, yang berada sekitar 100 kilometer sisi barat daya pusat kota Pandeglang dan berbatasan dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Sejumlah desa di Kecamatan Sumur sulit diakses, antara lain Desa Sumberjaya, Desa Tamanjaya, dan Desa Ujungjaya.
Hebi (50), warga RT 015 Desa Sumberjaya, mengungkapkan, dirinya belum menerima bantuan apa pun dari pemerintah. Dia hanya mendapatkan sedikit beras dan beberapa bungkus mi instan dari sukarelawan. ”Dari pemerintah belum ada,” ujar Hebi, yang ditemui di Desa Sumberjaya, Selasa (25/12/2018).
Hebi mendatangi rumahnya yang rusak diterjang tsunami untuk mencari barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Pakaian yang basah pun dikumpulkannya untuk dibawa ke rumah saudaranya, tempatnya mengungsi.
”Waktu saya dan keluarga menyelamatkan diri hanya bawa pakaian di badan,” ucap Hebi. Jatra (57), Ketua RT 016 Desa Sumberjaya, menambahkan, dirinya baru menerima bantuan, kemarin.
Bantuan yang langsung dibagikan kepada warga satu RT itu berupa beras, mi instan, telur, minyak goreng, gula, dan garam. Bantuan logistik itu diperoleh dari sukarelawan dan donatur swasta. Belum ada bantuan pemerintah yang diterima warga.
Selain makanan, menurut Jatra, warga membutuhkan tenda, selimut, pakaian layak pakai, obat-obatan, dan dapur umum. Hingga semalam, semua warga di RT 016 mengungsi ke rumah saudara dan kerabat, yang rumahnya lebih tinggi. ”Kalau ada tenda, kami mau dijadikan satu lokasi pengungsian. Tapi, kan, belum ada tenda,” kata Jatra.
Perlu 3-4 jam
Untuk menuju Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, dari Pandeglang perlu waktu 3-4 jam. Sebab, sebagian akses jalan berlumpur dan penuh lubang. Hujan yang terus turun juga menyebabkan jalanan licin.
Jalan yang hanya cukup untuk dua mobil itu bergelombang dengan selisih permukaan aspal hingga 20 sentimeter. Selain jalan rusak, banyaknya kendaraan baik dari sukarelawan, TNI, maupun pemerintah yang coba menembus Kecamatan Sumur, Selasa, justru menimbulkan kemacetan.
Sesuai data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal akibat bencana Selat Sunda sebanyak 429 jiwa, dengan rincian di Provinsi Banten 319 jiwa dan Lampung 110 jiwa. Selain itu, bencana menyebabkan 16.082 orang mengungsi, dengan 14.000 di antaranya di Pandeglang.
Bupati Pandeglang Irna Narulita menyatakan, bantuan makanan sudah disalurkan ke Kecamatan Sumur. Bantuan tenda juga akan didistribusikan. ”Tinggal tujuh desa yang belum mendapatkan tenda. Kalau makanan, sudah dikirim ke desa-desa yang membutuhkan,” ujar Irna.
Ketujuh desa itu adalah Ujungjaya, Tamanjaya, Cigorondong, Tunggaljaya, Kertamukti, Kertajaya, dan Sumberjaya.
Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 0601/Pandeglang Letnan Kolonel (Inf) Nur Heru mengatakan, sekitar 500 personel, yang terdiri dari TNI, polisi, dan sukarelawan, ditugaskan di Kecamatan Sumur. Untuk daerah pelosok, seperti Desa Tamanjaya dan Desa Sumberjaya, disuplai bantuan pada Selasa kemarin, dengan menggunakan truk tentara.
Pencarian korban
Kemarin, pencarian korban di daerah-daerah pelosok, termasuk empat pulau kecil di Kecamatan Sumur, juga dilanjutkan. Keempat pulau tersebut adalah Pulau Umang, Pulau Oar, Pulau Handeuleum, dan Pulau Badul.
Nur Heru mengatakan, pencarian korban di empat pulau itu sebelumnya terkendala gelombang tinggi. Selasa, pencarian dapat dilakukan dengan menerjunkan KRI Teluk Cirebon. ”Ada dua orang korban yang tadi ditemukan,” ujar Heru.
Tim tanggap darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi juga belum dapat mendekati Gunung Anak Krakatau untuk memverifikasi longsoran di gunung tersebut. Tim terkendala gelombang tinggi dan angin kencang di Selat Sunda.
”Kondisi cuaca belum memungkinkan untuk berlayar mendekati Pulau Anak Krakatau. Kami harus memprioritaskan keselamatan,” ujar Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Kristianto.
Di Jakarta, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Selasa malam, mengimbau masyarakat di sekitar Selat Sunda agar terus waspada dan menghindari pesisir atau pantai, khususnya dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer.
”BMKG dan Kementerian Koordinator Kemaritiman terus memantau aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau, serta kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Kondisi tersebut dapat sewaktu-waktu menyebabkan longsor, dan dikhawatirkan memicu tsunami seperti hipotesis 22 Desember lalu,” kata Dwikorita.
Butuh obat-obatan
Di Lampung, warga dua pulau terpencil, yakni Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku, mulai menerima bantuan makanan dan pakaian. Meski demikian, warga masih membutuhkan bantuan obat-obatan karena mereka mulai terserang penyakit.
Kepala Desa Tejang, Pulau Sebesi, Syamsiar, menuturkan, di Pulau Sebesi yang terletak sekitar 27 kilometer dari Kalianda, ibu kota Kabupaten Lampung Selatan, ada sekitar 30 warga yang terserang demam dan diare.
Bantuan dalam bentuk makanan dan kebutuhan dasar lainnya terus berdatangan di Lampung. Pada Selasa, Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) memberikan bantuan beras, telur, kue, susu, kasur lipat, selimut, dan pakaian dalam kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan untuk didistribusikan kepada korban tsunami Selat Sunda.
Bantuan DKK secara simbolis disampaikan wartawan Kompas yang bertugas di Lampung, Vina Oktavia, dan Assistant Store Manager Gramedia Mall Kedaton Bandar Lampung Ali Bangun Nurcahyadi kepada Kepala Sekretariat Posko Bantuan Pemkab Lampung Selatan Prianto Putro, di Rumah Dinas Bupati Lampung Selatan.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengatakan, Kompas akan membuka dompet Dana Kemanusiaan Kompas untuk korban tsunami Selat Sunda mulai Rabu (26/12) ini.
”Kepedulian Kompas kepada yang menderita sejalan dengan falsafah Kompas yang diajarkan pendiri Kompas, Pak Jakob Oetama, yaitu menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan,” katanya.
Bersamaan dengan DKK, Yayasan Ehipassiko Lampung juga memberikan bantuan bahan poko, makanan ringan, air mineral, hingga syal dan kerudung.
Dengan demikian, sudah tercatat lebih dari 30 lembaga pemerintah, perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara, dan komunitas, yang memberikan bantuan bagi korban di Lampung Selatan.
Guna memenuhi kebutuhan korban bencana tsunami di Selat Sunda, cadangan beras pemerintah juga akan disalurkan. Sejauh ini, stok beras daerah dan nasional memadai.
Perum Bulog telah menyiapkan alokasi cadangan beras pemerintah sebanyak 200 ton untuk tiap provinsi dan 100 ton untuk tiap kabupaten/kota yang terdampak bencana. ”Jika masih diperlukan, gubernur dan bupati dapat mengajukan tambahan,” ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh.(ILO/BAY/NIA/MTK/E10/E17/SPW/E21/VIO/IGA/JUD/ARN/TAM)