Jet-jet Israel Mulai Gempur Suriah Pasca-keputusan Penarikan Pasukan AS
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
DAMASKUS, RABU — Militer Israel kembali melancarkan gempuran ke Suriah. Dari wilayah udara Lebanon selatan, jet-jet tempur Israel menembakkan rudal ke wilayah dekat Damaskus, ibu kota Suriah, menjelang tengah malam pada Selasa (25/12/2018). Ini merupakan gempuran pertama Israel ke Suriah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penarikan mundur seluruh pasukan AS dari Suriah, 19 Desember 2018.
Media Lebanon melaporkan, pada malam itu pesawat-pesawat Israel terbang rendah di sana di wilayah udara Lebanon selatan. Lembaga Pemantau HAM Suriah (SOHR) menyebut jet-jet Israel menyasar tiga lokasi di Damaskus selatan. Di sana terdapat gudang senjata milik Hezbollah dan milisi Suriah yang disokong Iran.
Bersama Rusia, Iran mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang saudara di Suriah. Iran terutama memasok persenjataan kepada kelompok-kelompok milisi pendukung Assad.
Akibat serangan Israel, tiga prajurit Suriah dilaporkan terluka. Selain itu, rudal Israel juga dilaporkan merusak gudang senjata di Damaskus. ”Agresi masuk terus berlangsung,” kata penyiar televisi Suriah yang melaporkan serangan itu lewat siaran langsung.
Militer Suriah menyebut sebagian besar rudal Israel dijatuhkan sebelum mencapai sasaran. Militer Suriah juga membenarkan jet-jet Israel terbang di Lebanon, tidak masuk Suriah. Dari perbatasan Lebanon-Suriah, Damaskus berjarak tidak sampai 50 kilometer.
Militer Israel tidak memberikan keterangan apa pun soal serbuan itu. Melalui pernyataan yang diunggah melalui akun Twitter-nya, militer Israel menyatakan sistem pertahanan udara mereka diaktifkan karena ada serangan dari Suriah.
Serbuan pada Selasa malam itu adalah aksi militer pertama Israel setelah AS memutuskan akan mundur dari Suriah. Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan seluruh pasukan AS di Suriah dan sebagian pasukan AS di Afghanistan akan dipulangkan. Trump menilai sudah tidak ada alasan mempertahankan pasukan besar di sana. Sebab, mereka dikirim untuk melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Kini, NIIS sudah dinyatakan kalah.
Pengumuman itu disambut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan pernyataan akan terus menggempur Suriah. Gempuran itu untuk memastikan Iran tidak bisa menjangkau Israel dari Suriah. Jet-jet Israel sudah berulang kali menembakkan rudal ke Suriah.
”(Israel akan) melanjutkan aksi terhadap upaya-upaya Iran mencengkeram kokoh secara militer di Suriah, dan hingga batas yang diperlakuan, kami bahkan akan memperluas aksi di sana,” kata Netanyahu, pekan lalu, menyusul pengumuman Trump soal penarikan pasukan AS dari Suriah.
Sejak awal 2018, pasukan Turki menyerbu Suriah utara dengan alasan mengejar teroris. Pihak yang disebut teroris adalah milisi Kurdi, yang bersama AS berperang melawan NIIS. Ankara menuding milisi Kurdi di Suriah bekerja sama dan terkait dengan kelompok teroris di Turki. Lewat serangkaian operasi, militer Turki menggempur berbagai kubu Kurdi. Selama ini, Turki menahan gempuran di wilayah-wilayah yang masih ditempati pasukan AS.
Cavusoglu mengatakan, Ankara-Washington akan membahas rencana terkait dengan penarikan mundur pasukan AS dari Suriah. Ia juga memperingatkan Perancis akan rugi jika tidak ikut mundur.
Tidak seperti AS, Perancis memutuskan akan tetap berada di Suriah. Sebab, Paris menilai NIIS masih belum sepenuhnya terbasmi. Bersama sejumlah negara, termasuk AS, Perancis juga bekerja sama dengan milisi Kurdi selama perang melawan NIIS. Setelah NIIS diumumkan kalah beberapa waktu lalu, koalisi melawan NIIS tetap mempertahankan pasukan di Suriah. Keberadaan pasukan koalisi menjadi salah satu penyebab Kurdi tidak menjadi bulan-bulanan serangan pasukan Turki.
Sementara itu, militer Suriah mengumumkan pengiriman pasukan tambahan ke Manbij, kota di Suriah utara yang diperebutkan Turki dan Kurdi. Milisi-milisi yang disokong Turki bersiap menyerang pasukan tambahan itu.
”Pertempuran akan segera dimulai. Kami melihat penguatan dan persiapan pertempuran di garis depan,” kata Yousser Hamoud, juru bicara Pasukan Nasional, kelompok milisi sokongan Turki di Manbij.