PANDEGLANG, KOMPAS — Pengungsi korban tsunami Selat Sunda di sejumlah posko di Banten mulai terserang penyakit, seperti demam, flu, diare, dan infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Mereka menjadi rentan karena makanan yang tidak steril dan tenda penampungan yang lembab akibat hujan.
Banyak pengungsi terserang penyakit, seperti terlihat di posko pengungsian SD Negeri Cigeulis 1, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang. Menurut pantauan Kompas, Rabu (26/12/2018), tercatat puluhan pengungsi dari usia anak-anak hingga orang tua mengeluhkan kondisi mereka karena terserang sejumlah penyakit. Namun, mereka dapat diobati meski ditangani di tenda kesehatan.
Salah satu pengungsi yang terserang penyakit ialah Njah (62), korban tsunami asal Citeureup, Panimbang. Ia terserang diare dan sakit perut setelah tiga hari berada di pengungsian.
Selain di Posko SDN Cigeulis, penyakit juga mulai menyerang pengungsi di Posko Kampung Cangkudu, Citeureup. Saidi (52) dan mayoritas pengungsi lainnya mengeluhkan flu, demam, dan diare.
Tulus Anugerah yang merupakan dokter umum mengatakan, mayoritas pengungsi terserang penyakit karena kondisi pengungsian yang tidak steril akibat hujan dan makanan yang tidak higienis. Tim medis pun memberikan obat-obatan sesuai dengan penyakit yang diderita pengungsi.
”Mayoritas pengungsi terserang ISPA, diare, demam, dan kutu air. Sampai saat ini, tak ada pengungsi yang terserang penyakit kronis akibat tinggal di pengungsian. Kalaupun ada, penyakit tersebut merupakan penyakit bawaan pengungsi,” ujar Tulus saat ditemui di posko pengungsian SDN Cigeulis, Rabu.
Posko pengungsian SDN Cigeulis 1 merupakan salah satu posko utama untuk menampung korban tsunami yang berasal dari Cigeulis dan Panimbang dengan jumlah sekitar 600 pengungsi.
Selain ruangan di sekolah tersebut yang digunakan untuk istirahat pengungsi, posko ini juga terdiri atas tiga tenda besar. Satu tenda khusus untuk pengobatan dan dua tenda untuk istirahat pengungsi.
Namun, hujan yang mengguyur Cigeulis dan Panimbang selama beberapa hari membuat posko tersebut kotor. Bahkan, dua tenda besar untuk istirahat pengungsi lembab, berair, dan berlumpur sehingga tidak nyaman digunakan pengungsi untuk beristirahat.
Keberadaan fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) di posko tersebut juga terbatas dan kurang bersih meski telah ada sumber air bersih dari dua drum bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.