Dalam Semenit Terjadi 14 Kali Letusan Anak Krakatau
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas Gunung Anak Krakatau kian meningkat. Saat ini, letusannya mencapai 14 kali dalam satu menit. Status Gunung Anak Krakatau pun ditingkatkan dari Waspada ke Siaga sejak pagi (27/12/2018) tadi.
Berdasarkan pantauan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jeda antarletusan dapat mencapai skala harian.
”Oleh sebab itu, kami meningkatkan status Gunung Krakatau dari tingkat dua atau Waspada ke tingkat tiga atau Siaga terhitung mulai pukul 06.00 pagi ini,” ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Purbo menyatakan, saat ini letusan Gunung Anak Krakatau mencapai 14 kali dalam satu menit dengan aliran magma utama menuju ke arah tenggara. Artinya, setiap 5 detik sekali ada latusan.
Selain itu, jenis letusan Gunung Anak Krakatau saat ini berubah dari strombolian (lontaran lava pijar) menjadi surtsetyan (vulkanisme hidro). Purbo mengatakan, perbedaannya terletak di lokasi pusat letusan. Letusan strombolian berada di puncak gunung, sedangkan letusan surtsetyan berada dekat permukaan laut.
Aktivitas masyarakat tidak diperbolehkan dalam radius 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau. Purbo mengatakan, jarak itu merupakan radius aman agar terhindar dari lontaran material letusan gunung, seperti awan panas, batu pijar, dan abu vulkanik pekat.
Terkait antisipasi dampak longsor material dari letusan Gunung Anak Krakatau, Purbo mengatakan, pihaknya sudah menyarankan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memasang alat pendeteksi gelombang berpotensi tsunami di Pulau Panjang. Pulau itu dipilih karena paling dekat dengan gunung.
Secara terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas dengan radius 500 meter hingga 1 kilometer dari bibir pantai.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan akibat longsor bawah laut sebagai imbas erupsi Gunung Anak Krakatau. Imbauan ini merupakan rekomendasi dari BMKG.
Sejak Rabu kemarin, abu vulkanik yang dilontarkan Gunung Anak Krakatau menyebar hingga Kota Cilegon, Banten. Masyarakat Banten, terutama Cilegon, diminta tenang, tetapi tetap waspada dan mengenakan masker saat keluar rumah.
Prakirawan BMKG Serang, Trian Asmarahadi, membenarkan bahwa abu vulkanik telah mencapai Kota Cilegon. Abu kehitaman serupa debu halus itu menempel antara lain di kap mobil, bodi perahu, dan jok sepeda motor.
”Berdasarkan pantauan BMKG, arah angin permukaan dari selatan-barat. Dampaknya, abu vulkanik lalu bergerak menuju utara-timur dari Gunung Anak Krakatau,” ujar Trian.
Abu tersebut sudah menyebar di Kota Cilegon setidaknya sejak pukul 17.00 kemarin.