JAKARTA, KOMPAS – Masyarakat mengapresiasi trotoar yang telah selesai dibangun di Jalan RS Fatmawati, Jakarta Selatan, menuju kawasan Blok M. Meski demikian, pemerintah diminta menjamin agar trotoar aman, tidak hanya nyaman, digunakan bagi pejalan kaki.
Sejak Januari 2018, pemerintah telah berfokus membangun trotoar di Jalan RS Fatmawati sebagai bagian dari integrasi dengan angkutan massal berbasis rel, yaitu moda raya terpadu (MRT). Trotoar yang selesai dibangun November 2018 berada dalam keadaan baik dan telah digunakan warga. Kini, jalur pejalan kaki itu menjadi akses utama menuju Stasiun Cipete dan Stasiun Haji Nawi, dua stasiun di ruas jalan tersebut.
Trotoar di tepi barat dan timur jalan tersebut terbuat dari batu paving berwarna abu-abu. Di bagian tengah, ubin kuning (guiding block) untuk memandu penyandang tunanetra juga telah dipasang, sebagian masih dilapisi oleh kertas pelindungnya. terdapat pula tiang-tiang hitam dan kuning setinggi pinggang orang dewasa. Bidang miring di sepanjang trotoar juga tersedia untuk akses masuk kendaraan ke pertokoan di sisi jalan.
Deni (40), karyawan swasta di daerah Fatmawati, kini telah menggunakan trotoar tersebut untuk menuju kantornya setiap hari. Ia mengapresiasi trotoar Jalan RS Fatmawati yang sudah jauh lebih baik bagi pejalan kaki.
"Di awal, saat pembangunan jalan layang MRT, memang terasa sekali polusi dan debunya. Tapi, sebagai pejalan kaki, saya merasa lebih nyaman dan aman sekarang, karena trotoar tidak lagi menyatu dengan jalan. Dulu bahaya sekali, pejalan kaki harus berebut dengan motor. Bisa tertabrak," kata Deni, Rabu (26/12/2018).
Ari (40), pegawai bank di Jalan RS Fatmawati, juga merasa lebih nyaman dengan keadaan trotoar saat ini. Untuk berjalan dari kantornya ke Masjid Al Hidayah yang berjarak sekitar 300 meter, ia tidak lagi harus berhadapan dengan kendaraan bermotor dengan risiko kecelakaan.
Pembangunan jalan layang MRT diharapkannya dapat membuat jalan semakin lengang. "Pasti akan ada perbedaan setelah jalan layang MRT ini selesai dibuat. Harapannya orang-orang berpindah dari kendaraan pribadi ke MRT," kata dia.
Trotoar di Jalan RS Fatmawati tersebut cukup teduh sepanjang Rabu siang karena cuaca mendung dan gerimis terus turun hingga tengah hari. Ketika cuaca mulai cerah, cahaya matahari tak terbendung karena tidak ada pepohonan di sepanjang area pejalan kaki.
Di bawah jalan layang MRT pun, hanya ada tanah berwarna coklat kemerahan. Semakin dekat ke Stasiun Cipete yang tengah dibangun, pijakan pembatas jalan berganti bentuk menjadi cor.
Deni mengatakan, sebelumnya memang terdapat jalur hijau di area pembatas jalan, tetapi tidak begitu berpengaruh untuk membawa keteduhan bagi pejalan kaki. Deni dan Ari berpendapat, ketiadaan pepohonan di sepanjang jalan tidak begitu berpengaruh pada kenyamanan mereka sebagai pejalan kaki. "Dari dulu memang tidak banyak pohon di sini," kata Deni.
Di sisi lain, Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengatakan, pemerintah juga perlu menjamin agar trotoar tidak digunakan semena-mena oleh pihak-pihak yang tidak berhak menggunakannya, pedagang kaki lima, juru parkir liar, serta pengendara sepeda motor. Beberapa pengendara sepeda motor memang masih menggunakan trotoar untuk melawan arus atau menghindari kemacetan di dekat stasiun yang tengah dibangun.
Sepanjang 2017, sebanyak 53 pejalan kaki menjadi korban kecelakaan lalu lintas setiap hari. Menurut studi Global Road Safety Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian pejalan kaki di Indonesia menempati peringkat dua terbanyak setelah kecelakaan sepeda motor. Total 19.337 orang pejalan kaki mendapat santunan dari PT Jasaraharja sepanjang tahun lalu (Kompas, Senin, 22 Januari 2018).
“Selama ini, hanya fisik trotoar saja yang dibangun sehingga nyaman, tetapi tidak ada jaminan trotoar itu steril. Ini menyebabkan trotoar menjadi menakutkan bagi pejalan kaki. Seharusnya, trotoar itu ramah, artinya dapat diakses oleh semua, mulai dari penyandang disabilitas, lansia, hingga perempuan dengan sepatu berhak tinggi,” kata Alfred.
Sebelumnya, Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Riri Asnita mengatakan, anggaran trotoar DKI Jakarta terbatas. Selama 2017, total 24,79 kilometer trotoar yang dibenahi, sedangkan sepanjang 110-120 km selesai dibangun. Angka tersebut masih jauh dari target 2.600 km (Kompas, Senin, 22 Januari 2018).
Alfred berharap, pemerintah menyusun rencana induk pembangunan trotoar. Pemerintah juga perlu bekerja sama dengan penegak hukum untuk melindungi pejalan kaki. “Kota ini ditinggali manusia, bukan kendaraan,” kata Alfred.
Tidak banjir
Sementara itu, trotoar yang lebih tinggi dari halam pertokoan tidak mengganggu sistem drainase di pertokoan. Triyanto (48) dan Rahmad (47), petugas keamanan di showroom Nissan dan Datsun Fatmawati, menyatakan, halaman toko mobil itu tidak pernah kebanjiran meskipun trotoar lebih tinggi daripada halaman. Sebab, di bawah trotoar telah dibuat selokan yang lebar dan dalamnya hingga pinggang orang dewasa.
"Kalau lagi hujan gede banget, airnya menggenang, tapi segera bersih setelah hujan reda. Sudah dibikin saluran-saluran air di halaman supaya airnya cepat mengalir," kata Rahmad.
Layla (42), pedagang gule sapi di depan toko Artolite, menyatakan belum pernah kebanjiran sejak trotoar selesai dibangun. Meskipun lebih tinggi dari halaman pertokoan sehingga berbentuk seperti tanggul, trotoar dilengkapi lubang pipa untuk menyalurkan air ke selokan. Selain itu, di beberapa bagian trotoar, telah dibuat ruang bertanah coklat untuk ditanami rerumputan dan tanaman berukuran pendek lainnya untuk menambah daerah serapan. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)