MALANG, KOMPAS — Animo masyarakat berwisata di pantai selama liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 masih cukup tinggi. Itu terutama terjadi di obyek-obyek wisata pantai yang jauh dari Selat Sunda, antara lain di Malang, Jawa Timur, dan Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
Para pengelola obyek wisata, sesuai pantauan tim Kompas, juga menyiapkan petugas dan skenario mitigasi bencana. Kesiapan itu berupa sarana dan prasarana keselamatan di pantai, pemasangan tanda-tanda peringatan, penyiapan jalur evakuasi, dan pengecekan detektor dini tsunami.
Di Malang, Jawa Timur, bencana tsunami Selat Sunda tidak berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan. Jumlah turis yang berkunjung ke kawasan wisata pantai selama libur Natal tahun ini lebih tinggi dibandingkan hari biasa.
Data PD Jasa Yasa, perusahaan daerah pengelola Pantai Balekambang dan Ngliyep, menunjukkan, jumlah wisatawan selama libur Natal di Pantai Balekambang, Kecamatan Bantur, sebanyak 1.500 orang dalam sehari.
Di Pantai Ngliyep, Kecamatan Donomulyo, jumlah pengunjung sebanyak 400 orang. Pada hari biasa, pengunjung Balekambang sekitar 300 orang per hari dan di Pantai Ngliyep 100 orang. Adapun pada libur akhir pekan, jumlah pengunjung di Ngliyep 300 orang per hari dan 1.000-1.250 orang di Balekambang.
Direktur Utama PD Jasa Yasa Ahmad Faiz Wildan, Rabu (26/12/2018), mengatakan, PD Jasa Yasa menggelar atraksi tambahan untuk menarik wisatawan. Atraksi itu antara lain kompetisi barista, motor trail, dan peragaan busana di pantai.
Demi keselamatan pengunjung, PD Jasa Yasa bekerja sama dengan polisi, TNI, petugas SAR, musyawarah pimpinan kecamatan, dan kelompok masyarakat setempat. ”Kami juga memasang papan-papan peringatan larangan mandi di laut,” katanya.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono meminta para wisatawan waspada dan memperhatikan setiap imbauan. Peristiwa yang tidak diinginkan bisa saja terjadi karena pengunjung tidak mengindahkan larangan.
”Penjagaan oleh BPBD dan SAR setempat tetap dilakukan, tetapi bersifat bergerak guna mengantisipasi berbagai kemungkinan kecelakaan laut ataupun bencana,” ujarnya.
Di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan pantai belum berkurang signifikan. Jumlah wisatawan masih lumayan banyak kendati belum sesuai target.
Pada masa libur Natal dan Tahun Baru, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan pantai di Gunung Kidul ditargetkan mencapai 22.000 orang per hari. Pascatsunami di Selat Sunda, jumlah wisatawan pada Senin dan Selasa lalu turun masing-masing menjadi 18.801 orang dan 14.273 orang.
”Jika melihat dari data kunjungan wisatawan, kemungkinan tsunami Selat Sunda berdampak karena kunjungan wisatawan beberapa hari ini di bawah rata-rata target kami,” kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul Hary Sukmono.
Alat deteksi rusak
Koordinator Satuan Perlindungan Masyarakat Rescue Istimewa Wilayah II Gunung Kidul Marjono mengatakan, sejumlah pantai di Gunung Kidul telah dilengkapi jalur evakuasi, rambu-rambu, dan titik kumpul untuk evakuasi.
Kendati demikian, ada beberapa pantai baru yang belum dilengkapi jalur evakuasi yang memadai beserta sarana pendukung. Sejumlah pantai di Gunung Kidul, seperti Baron, Krakal, Kukup, Sepanjang, Drini, Sundak, Siung, Ngrenean, dan Wediombo, juga telah dilengkapi dengan alat peringatan dini tsunami.
”Mayoritas alat itu kini rusak karena gelombang pasang air laut atau mengalami korosi karena terus-menerus terkena air laut,” katanya.
Di Pangandaran, Jawa Barat, minat wisatawan ke pantai juga masih ada kendati jumlahnya turun. Kunjungan ke Pantai Batu Hiu, misalnya, pada libur Natal tahun ini menurun hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu.
Empat hari pascabencana tsunami yang menerjang Banten, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten menyatakan akan segera melakukan pemulihan kunjungan secara cepat. Tujuannya, agar geliat pariwisata kembali normal.
”Dari total 150 hotel yang berada di sepanjang pesisir garis pantai, sebenarnya hanya tiga hotel yang tidak dapat difungsikan. Namun, dampak penurunan hunian dirasakan semua hotel,” kata Ketua Harian PHRI Banten Ashok Kumar.
Ashok menyatakan, sebelum tsunami, pemesanan di 150 hotel yang terdiri atas 4.000 kamar sudah mencapai 90 persen. ”Pascatsunami tinggal sekitar 30 persen tamu yang masih memesan,” ujarnya. (FLO/WER/TAM/HRS/E05/E20)