Abu Ganggu Jalur Terbang
JAKARTA, KOMPAS — Abu erupsi Gunung Anak Krakatau mulai mengganggu jalur penerbangan. Akibatnya, lima jalur penerbangan ditutup dan empat jalur penerbangan dialihkan.
Jalur-jalur penerbangan yang ditutup dan dialihkan itu berada di selatan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Adapun jalur penerbangan yang masih dapat dilalui berada di sisi utara Gunung Anak Krakatau.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti, kepada Kompas, Kamis (27/12/2018), mengatakan, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (AirNav) Indonesia sudah mengeluarkan notice to airmen (notam) tentang penutupan dan pengalihan jalur. Surat resmi dari AirNav Indonesia itu bernomor Notam A5444/18 tentang Penutupan dan Pengalihan Rute Jalur Terdampak Krakatau.
Notam itu baru berupa penutupan dan pengalihan jalur penerbangan. Hingga Kamis malam, Kemenhub belum mendapat notam penutupan bandara.
”Sejauh ini, abu vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak berdampak pada penutupan bandara, seperti Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Radin Inten II Lampung. Bandara masih beroperasi normal. Rute yang terganggu abu sudah ditutup dan dialihkan AirNav,” tutur Polana.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada menjadi Siaga pada Kamis pagi. Peningkatan status itu diiringi potensi bahaya lontaran material pijar, awan panas, serta aliran lava dari pusat erupsi yang mengarah ke selatan. Oleh karena itu, masyarakat dilarang mendekat ke Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer dari kawah.
Sementara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Rabu (26/12/2018) pukul 19.00 menginformasikan, sebaran abu vulkanik mulai mengarah ke barat daya-barat. Jarak sebaran abu vulkanik lebih dari 10 kilometer.
Untuk memantau pergerakan abu vulkanik, Kemenhub menggunakan sistem penanganan informasi aeronautika terintegrasi berbasis web (integrated web-based aeronautical inormation system handling). Selain itu, Kemenhub juga berkoordinasi dengan BMKG, AirNav Indonesia, serta PVMBG.
Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, Kemenhub terus memantau sebaran abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau.
”Kami memantau terus,” ujar Budi Karya seusai meninjau pemeriksaan kelaikan bus pariwisata di lapangan parkir Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis siang.
Ia berharap, sebaran abu vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak mengganggu penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Sebab, jumlah penerbangan di bandara tersebut sangat banyak sehingga gangguan penerbangan akibat abu vulkanik dapat berdampak pada banyak orang.
”Kita doakan jangan sampai ada debu sampai ke Bandara Soekarno-Hatta karena dalam satu hari ada seribu penerbangan di sana,” ujarnya.
Budi Karya menambahkan, jika Bandara Soekarno-Hatta terkena dampak abu vulkanik Gunung Anak Krakatau, kemungkinan penerbangan akan dialihkan ke Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Selain itu, pemerintah juga akan mengoptimalkan moda transportasi lain, seperti kereta api.
Pelayaran
Dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis pagi, Sekretaris Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Antonius Ratdomopurbo mengatakan, dalam satu menit terjadi 14 letusan Gunung Anak Krakatau, dengan magma yang mengalir ke arah tenggara.
”Untuk pelayaran masih aman karena tidak melewati Gunung Anak Krakatau. Untuk penerbangan, kami telah memberikan peringatan,” ucapnya.
Material erupsi Gunung Anak Krakatau yang paling berbahaya bagi penerbangan adalah abu vulkanik, yang berdasarkan pantauan, ketinggiannya 2.500-3.000 meter. Sebaran abu vulkanik tergantung dari arah angin.
Terkait pelayaran, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otorita Pelabuhan Kelas I Banten Herwanto dalam surat edaran melarang nakhoda kapal dan perahu mendekat ke Pulau Krakatau. Dia juga meminta nakhoda memantau informasi dan laporan dari BMKG serta Badan Geologi Kementerian ESDM.
Untuk pelayaran masih aman karena tidak melewati Gunung Anak Krakatau. Untuk penerbangan, kami telah memberikan peringatan.
Sementara itu, kecepatan angin yang tinggi akan terjadi di perairan Selat Sunda hingga Minggu (30/12/2018) pagi. Meski demikian, kecepatan angin permukaan yang berkisar 10-50 kilometer per jam tidak menyebabkan gelombang laut yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Namun, kecepatan angin yang tinggi ini dikhawatirkan memperluas sebaran abu vulkanik dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Berdasarkan laporan BMKG, Kamis, kecepatan angin tertinggi juga akan terjadi di wilayah perairan lain, seperti Kepulauan Seribu, Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe-Talaud, sisi utara Halmahera, dan Laut Banda.
Di perairan Selat Sunda bagian selatan dan perairan lain yang berbatasan dengan Samudra Hindia, kecepatan angin yang tinggi berpeluang meningkatkan gelombang air laut dengan status Waspada atau dengan ketinggian gelombang berkisar 1,25-2,5 meter.
Sementara gelombang berstatus bahaya, yakni dengan ketinggian 2,5-4 meter, diperkirakan terjadi di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat dan sebagian perairan di wilayah timur Indonesia.
Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Nelly Florida Riama, gelombang tersebut masih aman untuk penyeberangan laut. ”Namun, bagi nelayan yang memiliki kapal kecil, kondisi ini cukup berbahaya. Apalagi dengan situasi hujan beberapa hari mendatang,” ujarnya.