MAKALE, KOMPAS-Acara Lovely December di Toraja menjadi daya tarik pelancong dan pemudik. Acara ini menampilkan beragam atraksi seni, kuliner, dan turisme. Semua bermuara pada upaya menunjukkan kekuatan seni Tana Toraja.
Lovely December yang sudah dilakukan selama satu dekade terakhir, dinanti para pelancong dan pemudik. Selain menikmati atraksi berbagai kesenian, mereka juga turut serta dalam ritual, seperti Rambu Solo, yakni rangkaian upacara pemakanan yang menjadi bagian penting dari Lovely December.
Ini seperti yang dilakukan AS Tondok Mintin yang bersama saudara dan keluarga besar menggelar upacara pesta penguburan Paulina Sesa, ibunya, di Kecamatan Rantetayo, Tana Toraja, Jumat (28/12/2018). "Ibu saya meninggal November tahun lalu. Keluarga memutuskan baru menggelar upacara Rambu Solo Desember ini karena menunggu seluruh keluarga bisa berkumpul sekaligus menyiapkan segala yang diperlukan," kata dia.
Rambu Solo ramai oleh ratusan keluarga dan wisatawan. Biasanya informasi tentang lokasi dan waktu pelaksanaan ritual ini, sudah tersebar jauh hari sehingga wisatawan mudah mencari.
Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae saat menutup acara Lovely December Jumat sore mengatakan, Desember dan Lovely December bukan sekadar Natal atau saat keluarga pulang dan berkumpul. Ini juga menjadi peluang mengembangkan Pariwisata. “Harapan kami Toraja bisa lebih mendunia," papar dia.
Kekuatan lokal
Sejumlah wisatawan sengaja memilih waktu Desember untuk ke Toraja karena selain bisa menikmati objek wisata, juga bisa menyaksikan berbagai acara terutama ritual adat.
"Kalau datang Desember, bagusnya karena sambil keliling, kita bisa dengan mudah melihat berbagai acara adat. Jadi wisatanya lebih lengkap," kata Nurkholis (38), wisatawan asal Jakarta yang datang bersama keluarga.
Kekuatan lokal menjadi potensi daerah untuk menarik mata dunia. Selain Toraja, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur juga melakukan hal serupa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengagendakan 119 gelaran festival sepanjang tahun 2019.
Jumlah agenda festival tersebut meningkat dari tahun 2018 yang hanya 77 festival. Ini diharapkan dapat mengerek Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata.
“Kami sengaja merancang gelaran festival yang menyasar penghobi, karena kelompok wisatawan penghobi berpotensi mendatangkan banyak wisatawan,” kata Kepala Sekretariat Banyuwangi Festival 2019 Dwi Marhaen Yono, di Banyuwangi, Kamis (27/12/2018).
Marhaen mengatakan, hingga 31 Oktober jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi mencapai 4,3 juta wisatawan nusantara dan 98.800 wisatawan mancanegara. Sebanyak 30 persen hingga 40 persen wisatawan ingin menyaksikan festival di Banyuwangi. Sisanya, yakni 60 persen hingga 70 persen mengunjungi tempat wisata di Banyuwangi tanpa memperhitungkan agenda festival.
Sementara itu, wisata keluar negeri lebih diminati daripada domestik. Pengamat Pariwisata Sapta Nirwandar mengatakan, hal itu terjadi karena tiket keluar negeri, seperti Malaysia dan Thialand lebih murah daripada ke sejumlah lokasi wisata di Indonesia timur.(REN/GER/E19)