JAKARTA, KOMPAS - Untuk tumbuh dan berkembang menjadi atlet berprestasi, pesepak bola usia dini dituntut memiliki pola hidup laiknya atlet profesional. Selain mencakup latihan dan jam bertanding yang berkesinambungan, aspek itu juga terkait dengan asupan gizi yang seimbang.
Hal ini mengemuka dalam diskusi ”Pentingnya Gizi bagi Pesepak Bola Muda” yang diselenggarakan tim Liga Kompas Kacang Garuda (LKKG) U-14 di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Para pembicara adalah ahli gizi olahraga Universitas Negeri Jakarta, Mansur Jauhari; pelatih fisik tim nasional sepak bola Indonesia U-19, Nursaelan; dan pemandu bakat LKKG, Dede Sulaeman. Diskusi dipandu oleh Direktur Kompetisi LKKG Emilius Caesar Alexey.
Mansur mengatakan, keberhasilan pembinaan sepak bola usia dini ditentukan dari asupan gizi yang dikonsumsi atlet setiap hari. Sepak bola membutuhkan daya tahan tubuh tinggi untuk menjalani laga selama lebih dari 90 menit.
Atlet dengan stamina yang stabil ditentukan dari jenis makanan yang mengandung karbohidrat sebagai sumber energi. Kekurangan cadangan karbohidrat (glikogen) akan membuat atlet cepat lelah.
Mansur pun merekomendasikan sumber karbohidrat itu tidak hanya berupa nasi putih, tetapi dikombinasikan dengan jenis lain, seperti beras merah, kentang, dan umbi-umbian. Selain itu, asupan juga perlu diimbangi dengan makanan berserat dari sayuran.
Sumber energi penyokong stamina atlet yang perlu dikonsumsi adalah makanan rendah lemak, salah satunya ikan. Ikan juga mengandung zat besi, mineral, dan kalsium. ”Atlet usia dini juga butuh banyak makanan mengandung protein untuk membantu kekebalan tubuh sehingga tidak gampang sakit,” kata Mansur.
Protein berperan pula dalam memulihkan kerusakan atau kelelahan pada otot. Jenis makanan yang mengandung protein dapat berupa daging dan kacang-kacangan.
Butuh sinergi
Nursaelan mengatakan, keberhasilan pembinaan atlet usia muda juga ditentukan oleh sinergi antara orangtua, pelatih, dan atlet. Karena itu, program latihan perlu diketahui orangtua untuk menghindari kesalahan komunikasi.
”Jadi, orangtua jangan hanya berpikir pelatih fisik itu hanya melatih fisik, tetapi dia juga perlu meningkatkan kemampuan taktikal dengan program-programnya meskipun tujuan utamanya adalah fisik,” ujar Nursaelan.
Dede Sulaeman mengatakan, talenta pemain muda Indonesia saat ini cukup banyak. Karena itu, ia meminta kepada orangtua untuk membimbing anaknya yang memiliki talenta agar pola hidupnya sama seperti atlet profesional.
”Itu sangat menentukan prestasi atlet ke depan,” kata mantan pemain timnas itu. Dede menambahkan, di LKKG, syarat utama yang harus dimiliki pesepak bola muda ditentukan oleh kemampuan, sikap, kondisi fisik, kontribusi terhadap tim, dan konsistensi selama liga berlangsung.
”Pemain sepak bola itu skill individunya harus baik dan ditunjang oleh gizi yang cukup. Aspek sikap juga sangat penting, terutama pada usia 14 tahun, agar saat menjadi pemain senior sikap mereka lebih baik lagi,” kata Dede. (E13)