JAKARTA, KOMPAS – Para pemuda sebagai pilar bangsa dapat berkontribusi untuk menjaga arah bangsa sesuai dengan cita-cita besar para pendiri bangsa. Oleh karena itu, Pemuda Muhammadiyah diajak untuk menggelorakan kembali secara massif bahwa Indonesia yang dibangun bersama merupakan bangsa yang punya cita-cita dan visi masa depan, yakni merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pesan itu di acara Pelantikan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Periode 2018-2022 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat (28/12/2018) malam.
Pelantikan Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Periode 2018-2022 yang dinahkodai Ketua Umum Sunanto dan Sekretaris Jenderal Dzul Fikar Ahmad itu mengangkat tema “Maju Bersama, Membangun Bangsa”. Hadir dalam pelantikan itu antara lain Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dan Ketua Komisi Pemilihan Umum Arief Budiman.
Haedar juga menekankan pentingnya para pemuda untuk turut serta mencerdaskan bangsa dan menghidupkan kembali gerakan dakwah pencerahan. Melalui sebagian upaya ini, dapat menjaga arah bangsa agar tidak mengalami disorientasi yang menihilkan nilai-nilai luhur bangsa dan terpengaruh dengan gejala radikalisme.
Bahkan perpolitikan saat ini yang mengeras dan dibiarkan terus berhadap-hadapan perlu dicairkan. Haedar berpesan agar generasi muda yang juga akrab dengan sosial media menghadirkan spiritualisasi pada masyarakat agar muncul hal-hal yang mengutamakan kebaikan tanpa kekerasan sesuai dengan nilai Islam.
“Kerja ini memang tidak populer. Tidak seperti pekerjaan di dunia politik. Meski kami juga menghargai pekerjaan partai politik, karena partai politik memang menjadi satu-satunya alat untuk berjuang kekuasaan. Tapi bagaimana bisa menanamkan nilai luhur kepada para elit ini yang juga menjadi penting,” ujar Haedar.
Sunanto juga menuturkan, nilai-nilai Muhammadiyah dengan Islam berkemajuan perlu dibawa dalam ranah politik. Upaya untuk menjaga arah bangsa dan menghadirkan damai . “Kalau bisa bersama kenapa harus sendiri,” kata Sunanto.
Dia menekankan, di tengah dinamika kontestasi Pemilu 2019, muncul tarikan politik dan penguatan politik sektarian dalam kehidupan berbangsa yang bisa menimbulkan keretakan dari harmonisasi kebangsaan. Karena itu, semua elemen bangsa perlu mengedepankan kesatuan sebagai bangsa yang berdaulat dan bangsa yang memiliki visi kemajuan.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah juga meminta calon presiden, calon wakil presiden, calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota untuk berjuang demi kepentingan rakyat serta untuk seluas-luasnya bermanfaat bagi NKRI. Sunanto menegaskan bahwa Pemuda Muhammadiyah tidak ingin digoda untuk mendukung salah satu kandidat dalam pemilihan presiden.
“Pemuda Muhammadiyah mau mencoba berpikir ke mana arah bangsa ini, bukan siapa yang memimpin bangsa. Pilihan politik itu biasa. Ingin memilih Pak Jokowi silahkan. Memilih Pak Prabowo juga silahkan. Tapi harus ada alasannya karena menjadi pertanggungjawaban pribadi masing-masing,” katanya.
Ketua MPR Zulkifli Hasan mengajak Pemuda Muhammadiyah menjadi pelopor agar Pemilu 2019 berlangsung dengan damai. Bahwa pemilihan umum lima tahunan sebagai wujud kedaulatan rakyat merupakan sebuah proses yang biasa.
“Kami mengajak Pemuda Muhammadiyah menjadi pelopor pemilu yang damai, pemilu yang menggembirakan, dan pemilu yang penuh persahabatan,” kata Zulkifli.