JAKARTA, KOMPAS— Penikmat musik pop-jazz kehilangan sosok musikus era 80-an yang karyanya masih melegenda hingga sekarang. Dian Pramana Putra (57), pencipta lagu dan penyanyi, tutup usia pada Kamis (27/12/2018) sekitar pukul 20.50 di kediamannya Jalan Tebet Barat VI H Nomor 3, Tebet, Jakarta Selatan.
Jenazah dimakamkan di Pemakaman Wakaf Masjid Ibadur Rahman, Kelapa Dua, Ciracas, Jakarta Timur pada Jumat (28/12). Sebelumnya, almarhum melakukan perjalanan ke Banyuwangi bersama Deddy Dhukun, untuk tampil di acara ulang tahun kabupaten pada Jumat (21/12/2018).
Almarhum mengeluhkan punggungnya sakit dan sesak napas. Sepulang dari sana, keluarga membawanya ke Rumah Sakit Hermina Jatinegara, Jakarta, Senin(24/12).
Menurut Ananda Ayu, adik kandung dari almarhum, hasil pemeriksaan dokter menyebutkan, kakaknya didiagnosa menderita kanker darah karena jumlah trombosit yang rendah dan leukosit yang tinggi. “Belum diketahui pasti jenisnya apa. Masih dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Ananda.
Beberapa hari di rawat, lanjut Ananda, kakaknya selalu mengajaknya untuk pulang. Beliau tidak mau dirawat lama di rumah sakit. Kemudian hari Rabu (28/12) sore, kakaknya pulang ke rumah. “Katanya kangen anak-anak. Namun, belum lama tiba di rumah, rupanya Allah lebih sayang sama Mas Dian,” ujar Ananda.
Istri almarhum, Iin Indy mengatakan, suaminya sebagai sosok yang penyabar dan humoris. Suasana rumah menjadi menyenangkan saat suaminya sedang bercanda dengan anak-anak. “Tidak pernah beliau marah. Beliau sangat sayang dan peduli pada keluarga,” ucap Indy.
Di lingkungan keluarga, putra almarhum, Gaca Putraka Bima, menyampaikan, ayahnya selalu tenang dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Ayahnya kerap memberi semangat kepada anak-anaknya untuk giat belajar dan gigih mengejar cita-cita.
Alamarhum meninggalkan lima orang anak yaitu, Alamanda Pramanda Poetri Beilby, Gaca Putraka Bima, Maisi Dewana, Athaghani, dan Meira.
Pionir pop-jazz
Ditemui di rumah duka, musisi Erwin Gutawa mengatakan, almarhum merupakan sosok yang berjasa pada kancah dunia pop-jazz di Indonesia. “Dia yang memplokamirkan nuansa jazz di album pertamanya tahun 80-an,” ujar Erwin.
Bagi Erwin, almarhum merupakan sosok yang selalu ceria dan suka bercanda. “Menyenangkan sekali kalau bekerja bareng dia. Rasa musikalitasnya oke banget. Banyak ide-ide bagus yang mengalir dari dia,” ucap Erwin.
Album pertama almarhum berjudul “Indonesian Jazz Vocal” dirilis tahun 1983. Saat itu Erwin berperan sebagai basist yang mengiringi lagunya. Hingga kini, lagu ciptaan almarhum masih kerap dinyanyikan oleh para penyanyi tanah air antara lain, “Masih Ada”, “Haruskah” , “Demi Cintaku”, dan “Semua Jadi Satu”.
Dilansir dari Kompas.com, rekan duet almarhum dalam duo 2D Deddy Dhukun mengungkapkan, perasaannya hancur dan sedih. Ia merasa sangat kehilangan teman berduetnya. (MELATI MEWANGI)