JAKARTA, KOMPAS - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan Duta Besar China untuk Indonesia Xian Qian di Jakarta, Kamis (28/12/2018). Dalam pembicaraan itu, dibicarakan antara lain investasi China, serta juga nasib masyarakat Uighur yang mayoritas beragama Islam di Provinsi Xinjiang, China.
Para pertemuan tersebut, PP Muhammadiyah mendengarkan penjelasan dari Dubes China, sekaligus memberikan saran agar persoalan di dalam negeri bisa diselesaikan dengan pendekatan tanpa kekerasan.
Saat memberi sambutan pada saat pelantikan PP Pemuda Muhammadiyah Periode 2018-2022, di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah di Jakarta, Kamis malam, Haedar juga sempat menceritakan perihal kunjungan tersebut.
“Tadi ketika menerima Dubes RRT, kami menyampaikan RRT sebagai negara besar perlu memliki paradigma global yang baru. Jangan menjadi negara adidaya yang mereproduksi neo kolonialisme dan neo imperialisme, tapi hadir sebagai negara yang menciptakan kedamaian. Ketika menghadapi dinamika di dalam negeri Lakukan pendekatan tanpa kekerasan. Untuk menghadapi separatisme juga,” ujar Haedar
Indonesia pernah memiliki pengalaman saat menangani persoalan di Aceh dan Papua dengan pendekatan damai dan komprehensif. Menurut Haedar, pendekatan yang komprehensif, mengedepankan perdamaian dan negosiasi menjadi cakrawala baru yang diharapkan oleh dunia.
“Kolonialisme tidak lagi berlaku saat ini. Karena itu, penting bagi kita di forum internasional menyuarakan kosmopolitan Islam yang membawa damai, kebersamaan, dan hidup satu untuk semua,” imbuh Haedar.