BANDA ACEH, KOMPAS — Pelayaran rakyat di Aceh didorong menjadi angkutan ekspor jarak dekat. Ekspor ke India dan sejumlah negara Asia Tenggara jadi target penggunaan kapal-kapal pelayaran rakyat.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Siswo Pramono mengatakan, jalur perdagangan Aceh dengan Nicobar-Andaman didorong menggunakan pelayaran rakyat. ”Jaraknya dekat dan bisa terjangkau oleh kapal-kapal (berkapasitas) 100 ton milik pelayaran rakyat,” ujarnya, Minggu (30/12/2018), di Banda Aceh.
Nicobar-Andaman merupakan kepulauan di Samudra Hindia yang masuk dalam wilayah India. Meskipun demikian, pelabuhan besar di kepulauan itu hanya berjarak 650 kilometer dari Banda Aceh. Sementara dari Chenai, kota pelabuhan di daratan India dan menjadi titik hubungan dengan Nicobar-Andaman, jarak kepulauan itu mencapai 1.300 kilometer.
Beberapa bulan terakhir, Kemlu RI merintis jalur perdagangan Aceh dengan Nicobar-Andaman. ”Penggunaan kapal-kapal pelayaran rakyat didorong agar dampak kegiatan ekonominya dirasakan oleh warga. Kalau menggunakan kapal-kapal perusahaan besar, dampak ekonominya tidak berputar di sini,” kata Siswo.
Biaya angkut pelayaran rakyat bisa jadi lebih mahal dibandingkan kapal besar yang dioperasikan operator besar. Namun, pelayaran rakyat dimiliki oleh warga setempat. ”Kemlu merintis perdagangan Aceh-Nicobar untuk mendorong aktivitas perekonomian di sini,” ujarnya.
Pengurus Kadin Aceh, Azhari Azis, mengatakan, pengusaha Aceh mendukung pembukaan rute rintisan itu. Perwakilan pengusaha sudah mengirim contoh barang ke Nicobar. ”Sekarang jumlahnya sedikit dulu karena masih mengirim contoh. Setelah ada kesepakatan dengan pembeli, dikirim lebih banyak. Kami akan lihat dulu apa peluang di sana,” katanya.
Pengusaha berharap Pemerintah Indonesia dan India memastikan aturan dagang kedua negara. Kepastian itu dibutuhkan agar pengusaha tidak salah hitung biaya usaha yang bisa berujung kerugian. ”Aceh berharap ada kebijakan khusus dari pemerintah pusat untuk meringankan biaya ekspor-impor dan mempermudah perizinan di jalur dagang ini,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Aceh M Raudhi.
Pasar produk Aceh
Aceh, kata Raudhi, sangat mendukung pembukaan rute perdagangan Aceh-Nicobar. Rute itu membuka pasar baru bagi produk-produk Aceh.
Selama ini, produk Aceh lebih kerap dikirimkan ke Sumatera Utara, Malaysia, dan Singapura. Dari sana, produk-produk Aceh dikirimkan lagi ke tujuan lain. Ke depan, produk Aceh diharapkan bisa disalurkan ke India melalui Nicobar.
Siswo mengatakan, Kemlu bertugas merintis peluang pasarnya. Selanjutnya, diperlukan peran pemerintah daerah untuk mengembangkan pasar nontradisional itu. ”Dengan potensi pasar hingga sejuta orang, ada banyak peluang bisa dimanfaatkan,” katanya.
Rute perdagangan Aceh-Nicobar bisa menguntungkan Indonesia-India. Bagi penduduk Nicobar, aneka komoditas bisa didapat lebih murah karena dipasok dari lokasi lebih dekat. Bagi warga Aceh, ada peluang usaha baru. ”Konektivitas ini menguntungkan kedua belah pihak,” ujarnya.
Nicobar-Andaman bukan hanya target pasar. Kepulauan di Samudra Hindia itu juga bisa menjadi batu loncatan untuk membidik pasar India daratan yang populasinya 1,3 miliar orang. ”Kita bisa memanfaatkan kapal-kapal yang kosong dari Nicobar-Andaman ke Chenai,” kata Siswo.
Kapal-kapal itu membawa aneka barang dari Chenai ke Nicobar-Andaman. Sementara dalam perjalanan kembali dari Nicobar-Andaman, kapal-kapal itu kerap kosong. ”Dengan negosiasi yang baik, kita bisa mendapat harga yang lebih menarik. Kapalnya kosong, jadi bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Selama ini, produk Indonesia ke India kerap transit ke Malaysia atau Singapura. Ongkos angkut dari sana tinggi karena kapal-kapalnya banyak yang penuh. Operator kapal bisa memasang harga tinggi karena tahu banyak yang butuh angkutan. Sebaliknya, di Nicobar-Andaman, kapal-kapalnya kosong.
”Jadi tinggal mengatur agar jadwal kedatangan komoditas dari Indonesia tujuan India bisa disesuaikan dengan jadwal kepulangan kapal dari Nicobar ke Chenai,” ujarnya.