JAKARTA, KOMPAS - Di tengah maraknya kasus mafia bola, PSSI melalui Komisi Disiplin lebih memilih untuk memanggil para pemilik akun media sosial untuk dimintai keterangan, Sabtu (29/12/2018). Langkah ini justru membuat PSSI terlihat buta arah dan semakin kehilangan respek karena dari 13 pemilik akun media sosial yang dipanggil pada Sabtu kemarin, hanya satu orang yang bersedia datang.
Komisi Disiplin total memanggil 25 pemilik akun media sosial selama dua hari di Rasuna Office Park, Jakarta, yakni pada Sabtu dan Minggu (30/12), guna mendapatkan informasi mengenai kasus pengaturan skor sepak bola yang terjadi secara masif dan sedang diusut. Para pemilik akun dianggap memiliki informasi penting meski berdasarkan Kode Disiplin PSSI 2018 Pasal 3, mereka bukan para pihak yang harus tunduk terhadap kode disiplin PSSI. Pemanggilan ini pun menjadi terasa janggal.
Mohammad Ilham, pemilik akun Twitter @MixedZoneClub sekaligus editor olahraga di harian Jawa Pos, adalah satu-satunya pemilik akun media sosial yang datang pada hari Sabtu. ”Saya mau datang karena ini merupakan akun pribadi dan saya ingin tahu apa yang diinginkan Komdis,” katanya.
Berdasarkan undangan yang ia terima melalui surat elektronik, Ilham dijadwalkan bertemu pada Minggu. Namun, pria yang tinggal di Surabaya ini memilih datang pada Sabtu agar urusan ini cepat selesai dan waktunya bersama keluarga tidak terganggu.
Ternyata selama sekitar 2,5 jam bersama Komdis, Ilham hanya memaparkan fakta-fakta kasus pengaturan skor yang sudah ia tulis di surat kabar. Pertemuan itu lebih menyerupai diskusi, bukan sidang. Menyinggung haknya sebagai seorang wartawan, Ilham menegaskan tidak menyampaikan hal-hal yang termasuk dalam ranah off the record dalam pencarian fakta tersebut.
Meski demikian, Ketua Komdis PSSI Asep Edwin menyatakan, langkah ini tetap membuahkan hasil. Ia mengatakan mendapat banyak informasi dari Ilham yang tidak bisa disampaikan kepada publik. ”Kami (dengan Ilham) saling melengkapi informasi. Kami butuh informasi sebanyak-banyaknya dan dari mana saja sehingga putusan kami akan lebih bagus,” ujarnya.
Asep menyadari, pihaknya tidak punya kewenangan untuk memaksa para pemilik akun media sosial untuk datang memenuhi panggilan PSSI. Namun, ia optimistis masih akan ada pemilik akun media sosial yang bersedia datang di hari kedua.
Dihubungi secara terpisah, pemilik akun Instagram @PengamatSepakbola,Reza, mengaku tidak akan memenuhi undangan pada Minggu ini. Ia merasa tidak memiliki urusan dengan Komdis PSSI. Apalagi sudah ada Satuan Tugas Antimafia Bola Polri. ”Serahkan saja ke satgas yang lebih kompeten. Kalau satgas yang mengundang, kami pasti akan dukung,” katanya.
Selain itu, Reza juga keberatan karena ia harus membiayai sendiri perjalanan ke Jakarta dan akomodasinya. PSSI hanya memberi undangan dan itu menjadi kendala bagi Reza yang mengaku tinggal jauh dari Jakarta. Ia enggan menyebut domisilinya.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali ketika ditemui di Studio Orange Kompas TV, kemarin, menilai Komdis hanya buang-buang waktu. ”Komdis sebaiknya fokus ke masalah yang menyangkut football family (pihak-pihak yang terkait langsung dengan PSSI). Kalau mau panggil pemilik akun, ya panggil saja akun @MataNajwa (akun terkait acara Mata Najwa di stasiun televisi swasta yang gencar mengungkap kasus pengaturan skor),” ujarnya.
Dukungan pemain
Satgas Antimafia Bola Polri terus mendapat dukungan dari para pemain dan mantan pemain sepak bola Tanah Air, yaitu Firman Utina, Markus Haris Maulana, Hamka Hamzah, Ponaryo Astaman, dan Maman Abdurrahman. Mereka datang ke Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu, untuk melaporkan informasi sekaligus membangkitkan keberanian pesepak bola lain untuk bersuara.
”Jangan khawatir tentang apa pun, karena kepada kami, tim satgas meyakinkan bahwa informasi yang disampaikan itu sangat rahasia dan mereka juga akan melindungi data diri dan keselamatan pemain,” ujar Ponaryo.
Adapun Satgas Antimafia Bola saat ini sudah menahan keempat tersangka dugaan pengaturan pertandingan di Polda Metro Jaya, Jakarta. Mereka adalah Priyanto atau Mbah Pri, Anik Yuni Artikasari, Johar Lin Eng, dan Dwi Irianto.
”DI (Dwi Irianto) masih terkait dengan laporan yang sama, yang Banjarnegara (laporan ke polisi dari Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indaryani),” ujar Ketua Tim Media Satgas Antimafia Bola Komisaris Besar Argo Yuwono. Dwi disinyalir menerima dana dari Priyanto.
Adapun terkait dugaan upaya pengaturan pertandingan PSS Sleman melawan Madura FC dalam Liga 2 2018, satgas baru pada tahap penyelidikan.