PANDEGLANG, KOMPAS — Sampah berceceran dan menumpuk di sejumlah posko pengungsian bencana tsunami Selat Sunda di Pandeglang, Banten. Tumpukan sampah yang tidak tertangani berpotensi menjadi masalah baru karena dapat memicu penyakit bagi penyintas bencana.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Minggu (30/12/2018), sampah berserakan di sejumlah lokasi pengungsian di Pandeglang, Banten. Salah satunya terlihat di posko pengungsian Pesanggrahan, kawasan wisata Taman Hutan Raya Banten di Desa Carita, Kecamatan Carita, Pandeglang, Banten.
Areal sepanjang 20 meter di tepi tebing ini menjadi tempat pembuangan sampah. Bungkus mi instan, bungkus rokok, botol air mineral, popok bayi, dan kardus berserakan di daerah itu. Sampah menumpuk di mana-mana.
Jumhadi, petugas kebersihan Pesanggrahan, mengatakan, sampah itu dibiarkan terjun hingga ke tebing. Petugas kebersihan yang berjumlah tiga orang kewalahan menangani sampah yang terus bertambah dari penyintas tsunami. Petugas berharap ada mobil sampah yang mengangkut.
Sampah yang berada di tepi tebing itu sudah ada sejak posko dibuat dan belum pernah diangkut. ”Saya sudah menelepon beberapa donatur agar mengirimkan mobil sampah beserta relawan. Namun, belum datang hingga sekarang,” kata Asep.
Posko pengungsian ini masuk dalam Kawasan Wisata Alam yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Banten. Adapun areal hutan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Banten. ”Saya tahu memang tidak boleh membuang sampah di tebing itu. Ini teman-teman pada pusing semua. Sampah tidak ada yang mengurus,” ucap Asep.
Pemandangan serupa juga tampak di posko pengungsian SDN Cigeulis 1, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang. Mulai dari gerbang hingga halaman belakang posko pengungsian itu, sampah plastik, kardus, dan sisa makanan dibiarkan menumpuk dan mengeluarkan bau tak sedap.
Selain itu, kemasan makanan, obat-obatan, dan puntung rokok juga berserakan di selokan. ”Sudah sejak posko dibuka pada Minggu lalu, tidak ada petugas yang mengangkut sampah,” kata Aman (49), petugas posko.
Ia menambahkan, di posko yang dihuni 257 kepala keluarga itu, sampah hanya dikumpulkan dalam wadah plastik. Para petugas kemudian meletakkannya di tempat yang jauh dari ruang kelas yang digunakan para penyintas untuk tidur. Mereka tak bisa membawa ke tempat pembuangan sampah karena terkendala alat pengangkut. ”Tidak ada mobil untuk membuang sampah,” ujar Aman.
Menurut Aman, pihaknya telah mengajukan permohonan pengambilan sampah kepada Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Namun, permohonan tersebut belum direspons hingga kini. Ia berharap persoalan sampah di posko pengungsian segera ditangani sebab berpotensi memicu penyakit bagi penyintas bencana.
Posko pengungsian SDN Cigeulis 1 merupakan salah satu posko utama untuk menampung penyintas tsunami dari sejumlah desa di Kecamatan Cigeulis dan Panimbang. Selain ruangan sekolah yang digunakan untuk istirahat, di posko ini juga dibangun dua tenda besar yang digunakan untuk istirahat dan pengobatan.
Adapun di posko pengungsian yang berada di SDN Tembong I, Desa Tembong, Kecamatan Carita, tumpukan sampah mulai dibersihkan. Sampah diangkut dengan mobil Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Carita ke tempat pembuangan sampah sementara Hotel Mutiara Carita.
Posko ini termasuk posko utama yang menampung penyintas bencana dari empat desa, yakni Pejamben, Banjarmasin, Carita, dan Sukajadi. Ada sekitar 1.000 penyintas yang tersebar di rumah penduduk, tenda pengungsian, dan ruang kelas sekolah.
Kendati demikian, belum semua tumpukan sampah terangkut. Masih ada sampah yang ditinggalkan, seperti sampah sisa nasi, bungkus mi instan, kulit durian, dan popok bayi. Aroma tidak sedap menguar.
Kepala Desa Tembong Adang Kosasih mengatakan akan berkoordinasi dengan relawan dan dinas kebersihan. ”Kami meminta peralatan yang dibutuhkan agar kawasan sekolah dan fasilitas umum lainnya kembali steril dari sampah,” kata Adang saat ditemui pada Minggu.
Adang mengatakan, sampah yang menimbulkan aroma tidak sedap tidak hanya dari popok bayi yang sudah dipakai, tetapi juga dari plastik yang berisi kotoran manusia. Sebab, kawasan sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk buang air besar.
Memicu penyakit
Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, Dinas Lingkungan Hidup Pandeglang sudah bergerak untuk mengangkut sampah sejak Sabtu (29/12). Namun, belum semua lokasi tertangani. Untuk itu, dia mengimbau penyintas bencana turut menjaga kebersihan di posko.
Secara terpisah, Direktur Kesehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali mengatakan, penumpukan sampah di areal pengungsian bisa menimbulkan sejumlah penyakit. Tumpukan sampah bisa menularkan bakteri ke makanan sehingga menyebabkan diare.
Di samping itu, sampah yang tidak dikumpulkan di ruang tertutup akan mencemari udara. Penyintas bencana berpotensi terkena ISPA. Mereka yang punya riwayat penyakit asma pun bisa kambuh oleh pencemaran udara. ”Sebaiknya, sampah tidak dibiarkan lama di area pengungsian,” kata Imran saat dihubungi dari Pandeglang. (NIA/MTK/SPW/IGA/E10/E17)