Pertarungan para pemain bintang basket di IBL All Star 2019 akan lebih berwarna. Kehadiran bintang-bintang baru dari beberapa tim menambah keseruan ajang tersebut.
JAKARTA, KOMPAS IBL All Star 2019 menjanjikan pertarungan yang lebih berwarna antara tim Divisi Merah dan Divisi Putih. Sistem pemilihan pemain yang semakin luas serta kemunculan bintang baru dari tim-tim menengah dan bawah dinilai meningkatkan keseruan pada laga yang digelar 13 Januari 2019 di Solo, Jawa Tengah, itu.
Musim lalu, All Star 2018 cukup monoton karena dominasi pemain dari dua tim pemuncak divisi masing-masing, Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pelita Jaya Basketball. Dari jatah 10 pemain tiap tim, Satria Muda mengirimkan lima pemain untuk tim Merah, sedangkan Pelita Jaya mendominasi tim Putih dengan enam pemain.
Dominasi itu berasal dari sistem pemilihan pemain yang dibatasi. Saat itu, IBL memberikan pilihan 40 pemain dari 5 posisi di dua divisi untuk kemudian dipilih penggemar. Pilihan pun didominasi oleh pemain Satria Muda dan Pelita Jaya yang sedang dalam puncak penampilan.
”Tahun ini kami buat berbeda, semua pemain dari tim mana pun bisa dipilih oleh penggemar IBL,” kata Direktur IBL Hasan Gozali saat dihubungi hari Sabtu (29/12/2018).
Penggemar dipersilakan memilih lima pemain, terdiri dari dua pemain asing dan tiga lokal. Mereka bebas memilih dari 145 pemain IBL lewat aplikasi gawai My Pertamina. Penggemar pun memiliki banyak pilihan. Apalagi, pada musim IBL 2018-2019 yang sangat sengit ini, banyak bintang muncul dari tim papan bawah.
Seperti dari Satya Wacana Salatiga, peringkat keempat Divisi Putih. Mereka memiliki pencetak poin terbanyak di liga, Madarious Gibbs, dengan 30,86 poin per gim (ppg). Ada pula Andre Adriano, pemain lokal dengan poin terbanyak kedua, yakni 11,71 ppg.
Sementara itu, peringkat pertama Divisi Merah, NSH Jakarta, berpeluang mengirimkan banyak pemain. Musim lalu mereka tidak memiliki wakil di All Star dengan posisi juru kunci divisi.
Kini, NSH kehadiran bintang baru, Anthony Simpson serta Dashaun Wiggins, yang merupakan duet terbaik di liga. Keduanya mencatatkan 43,86 ppg, 22,17 rebound per game (rpg), dan 5,29 steal per game (spg).
Tim-tim papan atas juga melahirkan bintang baru, seperti Widyantaputra Tedja di Stapac Jakarta yang mengoleksi 11,29 ppg, 4,86 rpg, 1,86 spg, dan 4,71 asis per gim (apg).
Keempat catatan statistik itu menempati lima besar buat pemain lokal. Musim ini Widy menjadi kunci sukses Stapac memuncaki Divisi Putih. Berbeda dengan musim lalu saat dia mencatatkan 3,3 ppg, 1,6 apg, dan 1,3 rpg.
Widy akan bersaing memperebutkan posisi dengan guard nasional di Divisi Merah, seperti Andakara Prastawa, Xaverius Prawiro, dan rekan setimnya, Abraham Damar Grahita.
Pelatih All Star
Pelatih tim All Star baru ditentukan pada saat seri Solo berakhir 12 Januari 2019. Pelatih tim dengan rekor terbaik akan menukangi tim Putih dan tim Merah. Tahun ini, pelatih berhak menentukan lima pemain cadangan. Sebelumnya, cadangan juga dipilih penggemar.
Berkaca dari peringkat saat ini, pelatih tim Merah akan berasal dari NSH Jakarta, Wahyu Widayat Jati. Adapun tim Putih kemungkinan besar ditukangi pelatih Stapac Jakarta Giedrius ”Ghibbi” Zibenas, yang berhasil membawa timnya di puncak klasemen dengan enam kemenangan dan hanya sekali kalah.
Kepada Kompas, Wahyu dan Ghibbi memberikan daftar pemain terbaik versi mereka. Pemain ini kemungkinan besar dipilih jika belum masuk tim inti.
Wahyu memilih dua pemainnya, Wiggins dan Simpson, ditambah dua pemain Satria Muda, yakni Arki Wisnu dan Hardianus. Adapun pada satu posisi lagi, Wahyu memilih Reza Guntara asal Prawira Bandung.
Nama itu cukup mengejutkan karena Reza jauh dari label pemain bintang. Namun, musim ini kiprahnya cukup menjanjikan dengan 6,71 ppg dan 3,14 rpg. ”Dia mampu menjadi pemain kunci timnya,” kata Wahyu.
Sementara Ghibbi memilih dua pemain Pelita Jaya, Andakara Prastawa dan Kore White; dua dari Bogor Siliwangi, Daniel Wenas dan Martavious Irving; serta Indra Muhammad dari Pacific Caesar. Dari kelimanya, hanya Indra yang bermain di All Star tahun lalu, itu pun hanya sebagai cadangan. Ghibbi juga tak memilih satu pemain Stapac pun. ”Alasannya sederhana, kami tak punya bintang,” ucapnya. (KEL)