BANDUNG, KOMPAS — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi mengimbau masyarakat mewaspadai aktivitas gunung api di Indonesia yang berstatus di atas normal pada liburan Tahun Baru. Namun, gunung api berstatus normal pun juga perlu diwaspadai.
”Jangan beraktivitas di sekitar kawah. Dikhawatirkan terdapat gas-gas berbahaya yang mengendap di situ,” ujar Kepala PVMBG Kasbani di Bandung, Jawa Barat, Senin (31/12/2018).
Kawasan gunung api memang sering dijadikan tujuan wisata saat liburan Tahun Baru. Wisatawan diharapkan mematuhi radius jarak aman yang telah direkomendasikan.
Kasbani mencontohkan, sejumlah gunung api di Jabar, seperti Gunung Salak, Gunung Ciremai, Gunung Guntur, dan Gunung Tangkuban Parahu, saat ini berstatus normal. Namun, pengunjung disarankan tidak menginap di puncak gunung di sekitar kawah.
”Keberadaan gas-gas yang mengendap itu sangat berbahaya apabila terhirup. Jadi jangan menginap di dekat kawah,” ujarnya.
Kasbani juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman gerakan tanah. Apalagi, saat ini memasuki musim hujan sehingga kondisi lereng rawan longsor.
”Terutama di jalur yang sudah mengalami retakan. Selain karena hujan, guncangan akibat gempa juga bisa menyebabkan tanah yang labil menjadi longsor. Ini riskan sekali,” katanya.
Kasbani mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar memastikan keamanan jalur evakuasi di kawasan wisata gunung api. Selain itu, pengunjung perlu diingatkan untuk tidak mendekati kawah-kawah yang berpotensi mengalami aktivitas vulkanik, seperti kawah Sileri di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Wawan Irawan mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 20 gunung api di Indonesia berstatus di atas normal. Satu gunung berstatus Awas yaitu Gunung Sinabung. Empat gunung berstatus level Siaga, yaitu Gunung Agung, Gunung Anak Krakatau, Gunung Soputan, dan Gunung Karangetang. Sementara belasan gunung lainnya berstatus Waspada.
Wawan mengatakan, setiap gunung mempunyai radius aman yang telah direkomendasikan. Pengunjung diimbau mematuhi rekomendasi tersebut dan tidak mengabaikan keselamatan.
Radius aman tersebut untuk mengantisipasi ancaman primer lontaran material vulkanik, seperti batu dan lava pijar. Sementara itu, ancaman sekunder, seperti paparan abu vulkanik dan lahar hujan, bisa lebih jauh dari radius tersebut.