Persaudaraan Bersinar pada "Lovely December"
Lovely December menjadi momen berkumpul anggota keluarga, meskipun berbeda agama. Lovely December menjadi modal sosial yang menyatukan.
Rambu solo menjadi momen berkumpul anggota keluarga, meskipun berbeda agama. dalam acara ini, mereka berinteraksi sebagaimana saudara semestinya tanpa hirau dengan perbedaan agama. Rambu Solo menjadi modal sosial yang menyatukan
Jalan Poros Kecamatan Rantetayo, Tana Toraja, Jumat (28/12/2018) pagi itu penuh sesak kendaraan. Sebagian kendaraan milik warga, sebagian lainnya wisatawan.
Pada saat yang sama, cucu dan keluarga besar Almarhumah Paulina Sesa berkumpul. Mereka menggelar ritual Rambu Solo’ atau penguburan, untuk mengantar Paulina ke pemakaman. Antusias keluarga menghadiri acara, tak kalah dengan wisatawan yang ingin menyaksikan acara tersebut. Pemilik hajatan tak keberatan. Dengan senang hati mereka mempersalahkan pengunjung untuk masuk.
Di antara keluarga yang berjejer di pintu masuk, dua perempuan berhijab dengan pakaian dari kain tenun Toraja, turut menyambut tamu. Salah satunya Yunita Mintin, anak dari AS Tondok Mintin atau cucu Paulina.
Dia adalah satu dari beberapa keluarga muslim dalam rumpun keluarga ini. Di acara tersebut, Yunita lebur bersama kerabat yang lain, tanpa sekat.
“Ibu saya meninggal November tahun lalu. Namun keluarga sepakat menggelar acaranya tahun ini karena menunggu semua bisa berkumpul,” kata Tondok Mintin.
Karena Desember menjadi bulan saat keluarga berkumpul dan perantau pulang, itulah alasan banyak acara adat digelar warga Toraja di bulan ini.
aKemeriahan acara pagi itu turut dinikmati ratusan wisatawan, salah satunya Nurkholis (38), wisatawan asal Jakarta yang datang bersama keluarganya. “Kalau datang Desember, bagusnya karena sambil keliling, kita bisa dengan mudah melihat lebih dekat berbagai acara adat. Jadi wisatanya lebih lengkap,” katanya.
Sementara itu di Kecamatan Dende Piongan Napo, ratusan perantau dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul. Mereka menggelar acara yang diberi nama Natal Akbar Denpina Sipulung. Denpina adalah singkatan dari Dende Piongan Napo. Adapun Sipulung berarti berkumpul dan duduk bersama.
Mereka datang dari hampir seluruh daerah di Indonesia. Kawin mawin di perantauan membuat peserta Natal Akbar bukan hanya suku Toraja tapi juga suku-suku lain di Indoensia. Perkumpulan ini seperti Indonesia mini.
Kekerabatan
Toraja memang salah satu daerah yang sangat toleran dengan perbedaan. Mereka merawat kekerabatan dalam bingkai harmoni dari generasi ke generasi. Itulah mengapa warga sangat terbuka dengan wisatawan yang datang bahkan itu di acara atau ritual yang sejatinya menjadi milik keluarga.
“Bagi kami, kekerabatan, kebersamaan jauh lebih penting dari apapun. Kami tak peduli dengan perbedaan apapun. Kami sudah terbiasa dalam satu rumpun keluarga dan Tongkonan yang terdiri atas keluarga-keluarga berbeda keyakinan,” kata Rizal Randa, komisioner KPU Tana Toraja yang juga tokoh pemuda setempat.
Tak salah jika akhirnya Pemerintah Sulsel menjadikan momen Desember di Toraja menjadi kalender pariwisata dengan nama Lovely December. Tahun ini adalah yang ke 10 kali Lovely December digelar.
Berbagai acara yang digelar keluarga, rumpun adat, maupun Pemerintah, jadi pelengkap kegiatan Pariwisata. Biasanya jauh sebelum bulan Desember, pengelola perjalanan wisata dan hotel sudah mendata keluarga-keluarga yang akan menggelar acara. Lalu ini menjadi informasi yang disebar secara luas.
Pemerintah menambah dengan berbagai kegiatan seperti festival tenun, atraksi seni, festival kopi, festival musik bambu, pameran kerajinan, dan beragam acara lain.
Toraja jadi primadona pariwisata di Sulsel. Pemerintah mencatat, Lovely December dihadiri ratusan ribu wisatawan setiap tahun. Tingginya kunjungan berdampak pada warga yang memanfaatkan peluang ekonomi dari pariwisata.
Usaha rumah makan, hotel, pedagang pasar, industri kerajinan, hingga usaha transportasi adalah diantara yang menikmati dampak ekonomi. Tentu saja juga petani dan peternak.
Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae saat menutup acara Lovely December Jumat sore mengatakan, acara ini akan terus digelar.
“Desember dan Lovely December bukan sekadar Natal dan saat keluarga pulang dan berkumpul. Ini juga menjadi peluang mengembangkan pariwisata. Ini juga adalah momentum saat orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan agama, berkumpul dalam semangat toleransi. Karena itu kami terus berbenah agar sektor pariwisata bisa lebih berkembang,” katanya.
Lovely December memang tidak sekadar momen keluarga berkumpul dalam sukacita Natal. Desember nyatanya menjadi milik semua orang yang dipertemukan di Toraja. Bulan dimana toleransi dan geliat ekonomi begitu nampak di depan mata dan dirasakan semua orang. (Reny Sri Ayu)