JAKARTA, KOMPAS — Menjelang Pemilihan Umum 2019, persatuan dan kesatuan harus menjadi konsensus kebangsaan yang harus terus dirawat. Tidak boleh lagi ada program kampanye yang menyudutkan salah satu pihak.
Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Hargo Mandirahardjo mengatakan, selama tahun 2018, kontestasi antara kedua calon presiden dan wakil presiden jelang pemilu pada 17 April 2019 menjadi salah satu pusat perhatian masyarakat. Apalagi, dalam beberapa bulan ke belakang, masa kampanye sudah dimulai dan kedua pasangan calon berlomba-lomba meraih simpati rakyat demi memenangkan pemilu.
Pada satu sisi, tahapan pemilu yang dimulai lebih awal dapat menjadi salah satu panggung sosialisasi bagi kedua pasangan calon. Namun, bila tidak dilakukan dengan benar dan bertanggung jawab, hal ini akan menjadi bumerang yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu tantangan yang muncul berasal dari media sosial. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi digital memang memiliki sejumlah efek positif. Namun, saat ini masih banyak individu yang menggunakan kemajuan teknologi secara negatif. Mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan berita palsu, hoaks, dan ujaran kebencian yang menyasar pada satu golongan.
”Indonesia adalah negara yang berdiri atas kesepakatan orang-orang dari berbagai latar belakang suku, agama, adat istiadat, dan kearifan lokal. Hal ini tidak bisa kita kesampingkan begitu saja,” ujar Hargo saat dihubungi, Senin (31/12/2018), di Jakarta.
Ia melanjutkan, siapa pun pilihan politik yang diambil oleh setiap warga jangan sampai mengorbankan semangat persatuan sebagai sebuah bangsa. Sejatinya, kontestasi politik ini akan terus berulang setiap lima tahun sekali. Akan sangat disayangkan bila salah satu kelompok rela merusak kesatuan bangsa demi memenangkan kompetisi politik.
Hargo berharap, di sisa masa kampanye tahun 2019, kedua pasangan calon dan pendukungnya menggunakan waktu tersebut dengan sebaik mungkin. Mereka berkompetisi secara sehat dengan menitikberatkan kampanye pada program-program unggulan yang akan dijalankan bila kelak terpilih.
”Jangan lagi ada kampanye negatif seperti ujaran kebencian, pemelintiran isu, hingga hoaks. Berkampanyelah secara positif,” ajaknya.
Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik (PK) Karolin Margret Natasa mengimbau seluruh lapisan masyarakat, terutama umat Katolik, untuk meluangkan waktu datang ke tempat pemungutan suara pada hari pemilihan dan menggunakan hak pilihnya. Ia juga mengingatkan agar mereka menggunakan haknya dengan sikap kritis, nalar yang baik, dan penuh rasa tanggung jawab.
”Siapa pun pilihan kita, Pemilu 2019 tetap menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Kita harus mengawal penyelenggaraannya agar berlangsung dengan terbuka dan adil,” katanya. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)