Tsunami Tak Menyurutkan Warga Merayakan Tahun Baru
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS — Meski baru dihantam tsunami yang mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dan puluhan ribu lainnya mengungsi, warga Kabupaten Pandeglang, Banten, tak mau ketinggalan ingin tetap merayakan pergantian tahun.
Warga Pandeglang yang wilayahnya merupakan salah satu daerah terdampak tsunami Selat Sunda paling parah tetap ingin merayakan Tahun Baru. Pedagang pernak-pernik tahun baru, seperti trompet dan kembang api, pun tetap ramai meski omzet penjualan mereka turun akibat bencana tsunami beberapa hari lalu.
Bencana tsunami tak menyurutkan penjual kembang api dan trompet menjajakan dagangan mereka di Pasar Panimbang, Pandeglang, pada malam pergantian tahun, Senin (31/12/2018). Mereka bahkan telah berjualan sejak tiga hari terakhir.
Endi Nurhadi (26), pedagang asal Desa Sidamukti, Sukaresmi, Pandeglang, mengatakan, telah menggelar lapak dagangannya sejak Jumat (28/12/2018). Ia menjual beragam jenis kembang api, mulai dari air mancur sampai roket dan trompet yang terbuat dari kertas karton ataupun plastik berbentuk naga.
”Biasanya saya jualan seminggu menjelang Tahun Baru. Tahun ini karena ada musibah, saya jualan baru tiga hari terakhir. Itu juga tidak ramai seperti tahun sebelumnya,” ujar Endi.
Endi menyebutkan, menjelang Tahun Baru di tahun sebelumnya, dalam sehari dapat memperoleh omzet Rp 800.000. Namun, pascatsunami omzetnya turun menjadi Rp 200.000 per hari.
Nandang Kusmawan (34), pedagang asal Desa Panimbang, juga mengalami hal serupa, penurunan omzet penjualan akibat tsunami. Nandang berdagang kembang api dan trompet. Di lapak berukuran 1 meter × 2 meter, bersama istrinya mereka menjajakan dagangan. Harga kembang api bervariasi mulai dari Rp 4.000-Rp 150.000, sedangkan harga trompet mulai dari Rp 8.000-Rp 25.000.
”Biasanya ramai pembeli untuk rayakan malam Tahun Baru di pantai. Mungkin karena tsunami banyak warga takut, pembeli berkurang,” ujar Nandang.
Hanya di rumah
Namun, Tahun Baru tetaplah perayaan kegembiraan yang ingin dirasakan warga meski mereka baru dihantam bencana tsunami.
Warga di Pandeglang tetap ingin merayakan Tahun Baru. Seperti Wati (30), ibu rumah tangga asal Panimbang, yang bersama anaknya, Wahyu (9), membeli kembang api di Pasar Panimbang. Wati dan anaknya adalah penyintas tsunami asal Panimbang.
Wati mengantar Wahyu membeli beberapa kembang api. Wahyu ingin merayakan malam pergantian tahun dengan bermain kembang api di rumah kerabat tempat mereka mengungsi.
Meski ingin merayakan Tahun Baru, tetapi tetap saja ada rasa khawatir akan datangnya bencana tsunami. Wati pun memilih merayakan Tahun Baru di dekat rumahnya dibandingkan di pantai seperti yang biasa warga setempat rayakan setiap tahunnya. ”Takut main kembang api di pantai. Takut ada tsunami susulan. Mainnya (kembang api) hanya di rumah,” kata Wati.
Wahyu terlihat riang saat ibunya membelikan beberapa kembang api. Bocah kelas empat sekolah dasar itu membeli delapan bungkus kembang api. Ia tersenyum ketika memegang plastik keresek berisi kembang api yang telah dibeli.
”Mau main kembang api sama teman-teman,” ujar Wahyu. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)