Bersih Pantai dan Lepas Anak Penyu di Awal Tahun di Sumatera Barat
Oleh
Ismail Zakaria
·5 menit baca
Masyarakat di berbagai daerah di Indonesia menikmati libur tahun baru, Selasa (1/1/2019) dengan berbagai cara. Di Sumatera Barat, masyarakat mengunjungi obyek wisata seperti pantai, kawasan perbukitan, dan tempat rekreasi lainnya. Ada yang sekedar berlibur, tetapi ada juga yang terlibat kegiatan berbasis lingkungan seperti bersih-bersih pantai dan melepasliarkan anak penyu.
Deburan ombak menyentuh bibir pantai Sungai Pinang, Kecamatan Koto X Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Selasa, sekitar pukul 10.00. Belasan anak kecil yang berada di sana langsung berteriak kegirangan. Anak-anak itu berteriak bukan lantaran kaki yang basah oleh ombak. Melainkan karena anak-anak penyu (tukik) yang baru mereka lepas, menghilang di telan ombak.
Saat ombak surut, beberapa tukik masih terlihat. Anak-anak itu lantas mendekat, kemudian memperhatikan dengan seksama tukik yang bergerak pelan menuju laut. Baru ketika semua tukik tak terlihat lagi, mereka kembali ke daratan untuk melakukan kegiatan lain.
“Melepas tukik ini kegiatan kedua hari ini. Sebelumnya, sejak pukul 08.30, kami bergotong royong membersihkan sampah plastik yang mengotori pantai. Sampahnya sementara di kumpulkan di sana,” kata David (30), sambil menunjuk sepuluh karung berisi sampah.
Bersih-bersih pantai dilakukan anak-anak yang memang tinggal di kawasan tersebut. Mereka berjalan kaki dari satu titik ke titik lain sepanjang kawasan pantai tersebut sambil membawa karung. Setiap menemukan sampah plastik baik itu bungkus makanan hingga kemasan air minum, mereka memungut dan memasukkannya ke karung.
David adalah penggagas Andespin atau Anak Desa Sungai Pinang. Andespin adalah komunitas yang menginisiasi berbagai kegiatan terkait lingkungan, pendidikan, agama, dan lainnya bagi anak-anak di Sungai Pinang, sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Padang. Komunitas ini sudah berdiri sejak 2016 lalu.
Menurut David, pada momen penting atau libur hari besar nasional, mereka memang rutin melakukan kegiatan tersebut. Kali ini, selain mengisi libur awal tahun, kegiatan bersih-bersih pantai sebagai upaya untuk memastikan laut dari sampah plastik. Bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Andespin Deep West Sumatera, David juga menanam terumbu karang di kawasan tersebut.
Tukik yang dilepas berasal dari Sumatran Sea Turtle Conservation, sebuah konservasi penyu swadaya di kawasan itu. Sumatran Sea Turtle Conservation sekaligus tempat perawatan penyu-penyu yang terluka karena terperangkap di jala nelayan. Sejak berdiri 2016, mereka telah menetaskan lebih dari 1.000 ekor tukik dan melepas penyu dewasa sekitar 60-70 ekor.
“Hari ini, bersama anak-anak, kami melepas sekitar 20 ekor penyu. Sore hari, kami juga akan melepas penyu dewasa yang kemarin tertangkap jalan nelayan,” kata Ahmed Mulki (28), pengurus Sumatran Sea Turtle Conservation.
Menurut Ahmed, pelibatan anak-anak di kawasan Sungai Pinang baik dalam kegiatan bersih-bersih pantai, maupun pelepasan penyu bertujuan untuk melatih kesadaran mereka tentang penyelamatan lingkungan sejak dini. Harapannya, ketika mereka tumbuh dewasa, Sungai Pinang dan Sumatera Barat memiliki generasi yang peduli dan menjaga lingkungan dari segala bentuk kerusakan.
Elon Gusvaldi (13), salah satu anak Sungai Pinang senang bisa ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Selain bertemu kawan-kawan seusianya, menurut Elon, ia turut membuat kawasan pantai tempat lebih indah karena bersih dari sampah. “Saya berharap, orang-orang dewasa juga turut menjaga laut dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Elon.
Kegiatan positif
Berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan malam tahun baru 2019 di Sumatera Barat jauh lebih lengang. Tidak ada kemeriahan yang mencolok karena hampir seluruh kepada daerah di kabupaten kota meminta masyarakat untuk merayakan secara berlebihan atau hura-hura, meniup terompet, dan menyalakan kembang api. Jika pun ada, hanya beberapa saja.
Hal itu dilakukan sekaligus sebagai bentuk empati terhadap para warga penyintas bencana alam yang tengah melanda berbagai wilayah di Indonesia, khususnya Tsunami di Banten dan Lampung.
Di Padang, jalan raya menjelang pergantian tahun tidak begitu ramai. Hal itu karena warga lebih banyak berada di masjid-masjid atau mushola untuk menggelar doa bersama.
“Malam ini, kami melakukan muhasabah mendoakan bangsa ini (Indonesia), serta Padang. Melalui muhasabah, kami sekaligus mengevaluasi diri dengan harapan Padang dan masyarakatnya bisa lebih baik lagi, serta perilaku-perilaku yang tidak baik bisa berkurang,” kata Walikota Padang Mahyeldi, Senin (31/12/2018) malam.
Kegiatan muhasabah berlangsung hingga sekitar pukul 01.00 dini hari. Setelah itu, warga kembali ke rumah masing-masing dan pada Subuh hari, mereka kembali untuk shalat berjamaah, doa bersama, dan mengikuti ceramah agama.
Setelah hari terang, warga kemudian keluar rumah untuk berolahraga atau mengunjungi kawasan pantai di Kota Padang seperti Pantai Padang, Gunung Padang, dan Pantai Air Manis. Termasuk wisatawan yang menginap di Padang. Ada yang berjalan kaki, berlari, atau menggunakan kendaraan seperti sepeda motor atau mobil.
Para pehobi lari yang tergabung dalam Padang Trail Runners, sebuah komunitas lari di Kota Padang misalnya, termasuk yang mengisi libur tahun baru dengan berlari. Mereka berlari sejauh belasan kilometer bolak balik dari kawasan Gunung Padang hingga Pantai Air Manis. Kegiatan lari juga mereka lakukan di malam pergantian tahun dengan menempuh jarak hingga sekitar 10 kilometer.
Pantauan Kompas, sejak pukul 08.00, pengunjung sudah datang ke kawasan Pantai Air Manis, sekitar 12 kilometer selatan pusat Kota Padang. Mereka terlihat berjalan kaki di bibir pantai hingga menyebrang ke Pulau Pisang Ketek, sebuah pulau kecil sekitar 1 satu Km ke tengah laut dari Pantai Air Manis. Mereka bisa kesana karena air laut surut. Selain itu, ada juga yang menyewa motor segala medan untuk berkeliling pulau.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi sebelumnya mengatakan, selama libur panjang, seperti tahun sebelumnya, sejumlah obyek wisata di kota tersebut seperti Pantai Padang, Pantai Air Manis, serta kawasan Bungus dan pulau-pulau kecil masih menjadi favorit masyarakat.
Menurut Medi, Pantai Padang dikunjungi hingga 20.000 orang per hari. Sementara Pantai Air Manis atau yang lebih dikenal dengan Pantai Malin Kundang diperkirakan dikunjungi sekitar 15.000 orang perhari. Sedangkan kawasan Bungus dan pulau-pulau kecil di sekitarnya sekitar 5.000 orang.