JAKARTA, KOMPAS – Drone, pesawat kecil tanpa awak tiba-tiba muncul dan mengganggu lalu lintas pesawat di Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan sekitar Jakarta. Sejumlah kru pesawat yang meninggalkan dan menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang melihat dan melaporkan kejadian itu ke Air Traffic Controller (ATC) bandara itu.
Deputi ATC Azmi Jamalullail, Selasa (1/1/2019) membenarkan peristiwa itu. Menurut Azmi, peristiwa itu terjadi pada Senin (31/12/2018) pukul 19.45. “Ada beberapa kru pesawat yang melaporkan kepada kami. Kami meminta kru pesawat menjauhkan pesawat dari target tersebut,” kata Azmi kepada Kompas.
Namun pada pukul 20.24, target yang diduga kuat adalah drone itu hilang dan tidak muncul lagi. Azmi menyampaikan, salah satu upaya untuk mengantisipasinya adalah menguatkan sosialisasi pihak terkait kepada masyarakat yang mungkin tidak tahu bahaya yang bisa timbul jika bertabrakan dengan pesawat. Karena itu, harus ada izin jika ada orang yang ingin menerbangkan drone.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie juga membenarkan informasi ini. Data yang diperoleh Alvin, drone itu terlihat pada ketinggian sekitar 3.000 kaki. Peristiwa serupa pernah terjadi pada 22 Desember di sekitar Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
“Ini sangat membahayakan penerbangan,” kata Alvin seraya mengingatkan bahwa akvitas ini diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2016 tentang regulasi drone UAV (unmanned aerial vehicle).
Peristiwa serius karena drone terjadi dua pekan lalu Bandara Gatwick, London, Inggris. Aktivitas bandara sempat lumpuh karena akvitas dron di KKOP bandara itu. “Sampai sekarang pelakunya belum dapat diketahui,” kata Alvin.
Menurut Alvin, adanya drone merupakan konsekuensi perkembangan teknologi saat ini. Apabila seseorang ingin mennerbangkan dron di KKOP, maka harus mengajukan izin di waktu dan tempat khusus.
Untuk mengantisipasi terjadinya bahaya karena aktivitas drone, maka Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, kepolisian, dan Tentara Nasional Indonesia perlu kerja sama mengembangkan teknologi untuk melumpuhkan drone liar.
“Ini tantangan yang tidak mudah. Tetapi wajib dilaksanakan demi melindungi keselamatan penerbangan dan keamanan Indonesia dari serangan drone yang mengangkut senjata kimia mematikan,” kata Alvin.