Hunian Sementara Korban Tsunami di Lampung Selatan Mulai Dibangun
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA/SATRIO WISANGGENI
·2 menit baca
LAMPUNG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, telah mulai menyiapkan hunian sementara atau huntara bagi penyintas bencana tsunami Selat Sunda. Ada tiga titik lokasi huntara yang disiapkan pemerintah bagi para penyintas.
Pelaksana Tugas Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto, Selasa (1/1/2019), mengatakan, ketiga titik huntara tersebut dibangun di Kalianda, Desa Way Muli, dan Desa Way Handak.
Dari ketiga lokasi, huntara di Kalianda diperkirakan bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Ini karena huntara akan memanfaatkan bangunan bekas Hotel 56 yang tidak difungsikan. ”Untuk yang di eks Hotel 56, hari ini sudah dimulai pengerjaannya,” kata Nanang saat ditemui ketika malam pergantian tahun, di tempat pengungsian lapangan tenis dalam ruangan, di Kalianda, Lampung Selatan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Permukiman dan Perumahan Kabupaten Lampung Selatan Burhanuddin menambahkan, bangunan bekas hotel itu memiliki total 120 kamar.
”Hotel itu ada fasilitas kamar tidur dan kamar mandinya. Hotel akan dibersihkan. Namun, ada beberapa kamar yang belum dialiri listrik, kami akan usahakan agar layak ditinggali,” katanya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, jumlah rumah yang rusak berat akibat tsunami Selat Sunda di Lampung Selatan sebanyak 544 rumah.
Oleh karena itu, pembangunan huntara menjadi fokus utama pemerintah sambil menunggu tuntasnya proses relokasi dan pembangunan tempat tinggal yang baru. Huntara di tiga lokasi itu kelak diprioritaskan bagi penyintas bencana yang kehilangan rumah setelah diterjang tsunami. Adapun mereka yang rumahnya tidak rusak sudah bisa kembali ke rumah masing-masing setelah masa tanggap darurat berakhir, 5 Januari 2019.
Salah seorang pengungsi asal Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Siti (54), tidak keberatan apabila kelak diminta untuk tinggal sementara di huntara. Siti tidak punya pilihan lain karena rumahnya rata dengan tanah setelah dihantam tsunami Selat Sunda. Dia pun berharap huntara yang kelak disiapkan pemerintah layak menjadi tempat tinggal sambil menunggu hunian tetap.
Relokasi
Setelah membangun huntara, tahap berikutnya yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan adalah merelokasi warga di pesisir. Relokasi penting untuk menjauhkan warga dari ancaman bahaya tsunami Selat Sunda yang mungkin saja terulang karena aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Untuk kepentingan relokasi itu, Nanang Ermanto mengatakan, tersedia cukup lahan di wilayahnya guna membangun permukiman baru bagi warga pesisir. Akan tetapi, sebelum hal itu direalisasikan, pemerintah akan berkomunikasi dan menyerap masukan dari warga.
”Tanah kami banyak. Yang jelas bagaimana dengan kemauan mereka. Jangan bangun di tempat yang sama karena itu menyalahi aturan. Salah juga pemerintah kalau seperti itu, seperti melakukan ’pembunuhan’ apabila ada musibah lagi,” tutur Nanang.