24 Korban Masih Dicari
Longsor di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menyebabkan 11 orang meninggal, 3 orang luka berat, dan 24 orang belum ditemukan.
SUKABUMI, KOMPAS Longsor yang menimpa Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berasal dari lereng perbukitan di belakang permukiman warga. Lereng dengan kemiringan lebih dari 30 derajat itu puluhan tahun dimanfaatkan warga sebagai sawah.
Material longsor menerjang 32 rumah yang berpenghuni 101 orang, Senin (31/12/2018), sekitar pukul 18.00, setelah hujan seharian mengguyur kampung tersebut. Hampir semua rumah rusak berat.
Hingga Selasa (1/1/2019) malam, tercatat 11 orang tewas, 3 orang luka berat, dan 24 orang belum ditemukan. Sebanyak 63 orang berhasil menyelamatkan diri.
Evakuasi korban bencana tanah longsor dihentikan sementara oleh tim gabungan TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) serta sukarelawan, Selasa pukul 17.00. Operasi pencarian akan dilanjutkan Rabu pagi ini.
Dari pengamatan, lereng perbukitan tersebut minim pepohonan keras. Akibatnya, tanah rawan longsor saat diguyur hujan dalam waktu lama.
Enih (55), warga Desa Sirnaresmi, menuturkan, sudah lebih dari 50 tahun tebing bukit itu dimanfaatkan warga sebagai sawah. Namun, selama ini belum pernah terjadi longsor.
Hal senada dikatakan Sumar (35), warga Kampung Cimapag. ”Hujan tidak terlalu lebat, tapi turun dari pagi sampai sore. Sebelumnya tidak pernah terjadi longsor di kampung ini,” ujarnya.
Sumar adalah salah satu korban selamat. Saat mendengar suara gemuruh longsor, dia langsung menarik istrinya, Sumiati (20), dan menggendong anaknya, Sofi (7 bulan), lari keluar rumah.
Pria yang bekerja sebagai petani itu berlari kencang menjauhi permukiman. Saat sudah berlari sekitar 30 meter, dia baru menyadari istrinya tertinggal cukup jauh di belakang.
”Ternyata istri saya jatuh tertimpa tembok mushala. Warga yang sama-sama sedang berlari menolong istri saya sehingga dia selamat,” ujarnya.
Jarak lereng yang longsor dengan permukiman warga sekitar 300 meter. Sumar mengatakan, longsoran tanah seperti ombak yang menggulung dan menghancurkan apa pun yang dilalui.
”Dalam hitungan detik, hampir semua rumah rata dengan tanah. Tetapi, rumah saya tidak roboh. Mungkin karena terletak di ujung kampung,” tuturnya.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman mengatakan, dengan kondisi lereng terjal, seharusnya kawasan itu tidak dijadikan persawahan. Sebab, air yang dialirkan ke sawah akan membuat tanah jenuh dan rawan longsor.
”Lokasi longsor seharusnya menjadi area konservasi. Oleh sebab itu, sebaiknya ditanami pepohonan berakar kuat, bukan dialihfungsikan menjadi sawah,” ujarnya.
Terkendala hujan
Di lapangan, hujan menjadi salah satu kendala besar petugas dalam mengevakuasi korban longsor. Petugas harus ekstra hati-hati karena hujan dikhawatirkan memicu longsor susulan.
Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel (Inf) M Hasan mengatakan, pencarian dihentikan sementara karena hujan deras. ”Kami harus memastikan keamanan petugas. Apalagi, kondisi lereng yang longsor masih labil,” ujarnya.
Kendala lain adalah akses menuju lokasi longsor cukup sulit. Kampung Cimapag berjarak sekitar 25 kilometer dari tempat wisata Pantai Palabuhanratu, ke arah Gunung Salak-Halimun. Palabuhanratu terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Sukabumi. Jalan menuju Kampung Cimapag hanya selebar 2-2,5 meter dengan kondisi jalan menanjak dan turunan curam.
Dua ekskavator yang didatangkan untuk mengeruk material longsor tidak bisa bekerja maksimal. Pergerakan alat berat itu terbatas karena jalan yang sempit.
Untuk mengatasi kendala, petugas menggunakan peralatan manual, seperti cangkul.
Saat ditemui, petugas Puskesmas Cisolok, Boris, menuturkan, pada Senin malam, tiga korban luka berat, Entin (27), Roheni (30), dan Aham (60), yang sempat dibawa ke Puskesmas Cisolok langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu.
Potensi longsor
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kasbani mengatakan, lokasi longsor di Cisolok mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi. Saat hujan lebat, longsor berpotensi terjadi di kawasan yang berbatasan dengan sungai, tebing curam, dan lereng.
Koordinator Humas Kantor SAR Bandung Joshua Banjarnahor mengingatkan warga agar tidak mendekati lokasi longsor. Selain berbahaya karena ancaman longsor susulan, kerumunan warga yang menonton berpotensi membatasi ruang gerak petugas dalam mencari korban.
Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya menyatakan, potensi hujan tetap terjadi di kawasan longsor hingga tiga hari ke depan.
Tony mengimbau petugas pencari korban dan penanggulangan bencana di lokasi longsor tetap waspada dan mengutamakan keselamatan. Hujan deras berpotensi menggeser kembali tanah yang mengandung lumpur dan batu sehingga dapat membahayakan.
(TAM/RTG/KEL/BOW)