PANDEGLANG, KOMPAS - Aktivitas ekonomi warga di Pasar Panimbang, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten masih sepi pascatsunami Selat Sunda. Pedagang mengeluh omzetnya menurun drastis. Akibat sepinya pengunjung pasar, beberapa pedagang memutuskan untuk menutup kiosnya.
Rela (60), pedagang beras dan telur, sudah membuka toko sejak Senin (31/12/2018). Namun, hingga Rabu (2/1/2019) siang, omzetnya belum normal. "Sebelum terjadi tsunami, omzet saya sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Kemarin, Rp 2 juta saja tidak sampai," kata rela.
Rela menduga, sepinya pembeli disebabkan karena sebagian pelanggan masih mengungsi. Di samping itu, mereka yang mengungsi mendapat suplai beras di tempat pengungsian.
"Sejak saya buka toko, mereka yang membeli beras dan telur rata-rata relawan bencana tsunami Selat Sunda. Kalau warga di sini masih sedikit," kata Rela.
Turunnya omzet turut dirasakan oleh pedagang pakaian di Pasar Pandeglang. Omzet Siti Rohaniah (39) biasanya mencapai Rp 3 juta rupiah per hari. Namun, pascatsunami Selat Sunda, omzetnya sekitar Rp 1 juta. "Cuma tanggal 1 Januari 2019 yang paling tinggi, yaitu Rp 1,3 juta," kata Siti.
Sri Andayani (36), pedagang sembako mengaku, sebelum terjadi tsunami, omzetnya mencapai Rp 2 juta per hari. "Sekarang hanya dapat Rp 500.000 sampai Rp 700.000 per hari," ujar Sri.
Sri tidak berjualan sampai sore hari karena sepinya pengunjung. Hal serupa juga dilakukan Abun (42), pedagang pakaian. Ia terpaksa hanya berjualan dari pagi hingga siang hari karena dirinya hanya mampu menjual maksimal 2 baju per hari atau sekitar Rp 100.000. Sebelum terjadi tsunami, ia mampu mendapatkan keuntungan bersih hingga Rp 500.000 per hari. Abun memutuskan menutup kiosnya dan pergi ke sawah untuk menanam padi.
Sementara itu, Warinem (73), pedagang kue memilih untuk tidak berjualan karena sepinya pengunjung pasar. Ia hanya mengandalkan uang tabungannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Harga naik
Para pedagang mengaku ada kenaikan harga pada beberapa produk. Yadi (37), pedagang sayuran dan rempah-rempah mengatakan, harga wortel dan tomat mengalami kenaikan harga.
Harga wortel naik menjadi Rp 17.000 per kilogram dan tomat sebesar Rp 12.000 per kilogram. Sebelumnya, harga wortel sebesar Rp 10.000 per kilogram dan harga tomat sebesar Rp 6.000 per kilogram.
Sementara itu, harga beras di kios milik Rela naik Rp 500. Beras kualitas super dijual Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 9.500 per liter. "Saya beli beras langsung ke Cilegon sebab di Pandeglang musim panen sudah lewat," kata Rela.
Adapun harga telur telah melonjak jelang Natal. Rela menjual telur seharga Rp 27.000 hingga Rp 28.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 25.000 per kilogram.
Selain produk di atas, para pedagang mengaku tidak ada kenaikan harga. Bahkan, ada penurunan harga pada gula dan minyak goreng.
Sri mengatakan, harga gula turun menjadi Rp 470.000 per setengah kuintal dan minyak goreng sebesar Rp 9.000 per liter. Sebelumnya, harga gula sebesar Rp 500.000 per setengah kuintal dan minyak goreng sebesar Rp 10.000 per liter.
Mulai datang
Meskipun Pasar Panimbang masih sepi, namun ada beberapa pembeli yang mulai datang. Saprudin (26), warga Kampung Lame, Panimbang mengatakan, baru pertama kali belanja di Pasar Panimbang pascatsunami Selat Sunda. Saprudin membawa istri dan anaknya yang masih berumur empat bulan.
"Saya cuma mau beli baju untuk anak saya. Beras sama kebutuhan pokok lain masih ada di rumah," kata Saprudin.
Karsih (40), warga Mekarsari, Panimbang, baru saja kembali ke rumah dari tempat pengungsian. Oleh karena itu, ia ingin belanja bumbu dapur. "Saya beli tomat, bawang, dan cabe," kata Karsih. (INSAN AL FAJRI)