Kesabaran Kim Jong Un Makin Menipis
Kim Jong Un memberi sinyal ingin berunding lagi dengan Washington. Pidatonya menyiratkan evolusi signifikan. AS perlu menawarkan hal baru. Korsel menyambut baik.
SEOUL, SENIN Kesabaran Kim Jong Un terhadap Amerika Serikat tampaknya semakin hilang. Pertemuan langsung dengan Presiden Donald Trump sama sekali tidak memberi kemajuan.
Lewat pidato Tahun Baru-nya, Kim Jong Un menyampaikan pesan ingin kembali bertemu dengan Washington dan menyatakan bahwa pihaknya masih terus menginginkan perlucutan nuklir. Namun, Jong Un menyayangkan sikap AS yang masih mempertahankan sanksinya atas Korea Utara.
Dalam pidato sekitar 30 menit, sebagian besar Jong Un menggunakannya untuk mengampanyekan kemandirian ekonomi di tengah blokade ekonomi yang diterima Korut. Dia menunjuk AS berperan terhadap hal ini.
”Jika Amerika Serikat mengambil langkah-langkah tulus dan tindakan yang sesuai dengan upaya utama dan pre-emptif kami, hubungan (AS-Korut) akan maju dengan langkah cepat dan luar biasa melalui proses implementasi (seperti) langkah-langkah pasti dan inovatif,” kata Jong Un.
Dengan berpakaian jas warna gelap, duduk di atas kursi kulit, Jong Un lebih lanjut mengatakan, ”Ini merupakan posisi yang tak tergoyahkan dari pihak kami dan pemerintahan republik serta keinginan saya yang kuat bahwa kedua negara pada 12 Juni telah mendeklarasikan pernyataan mengambil langkah membuat rezim perdamaian yang permanen dan stabil serta mendorong denuklirisasi sepenuhnya di Semenanjung Korea.”
Kedua pemimpin, Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un, tahun lalu melakukan pertemuan di Singapura. Pertemuan dilanjutkan sejumlah pertemuan berikut oleh para petinggi, tetapi dalam beberapa bulan belakangan mandek. Korut menuduh delegasi AS dalam mendesak perlucutan nuklir ”bergaya gangster”.
Jong Un meminta AS mencabut sanksi ekonomi yang diberlakukan selama ini. Dia juga meminta Korea Selatan agar sepenuhnya menghentikan latihan militer dengan AS. ”Kini Korea Utara dan Selatan memutuskan mengambil jalan perdamaian dan kemakmuran. Kami meminta latihan bersama dengan pasukan luar tidak lagi diperbolehkan dan penempatan perlengkapan perang seperti halnya aset strategis luar negeri harus dihentikan sama sekali,” kata Jong Un.
Harapan
Mantan Wakil Menteri Unifikasi Korsel Kim Myung-seok berpendapat, pidato Jong UN mengekspresikan rasa frustrasi karena negosiasi sejauh ini tidak maju. Pemimpin Korut, katanya, jelas mempunyai harapan tertentu bahwa AS akan mengambil langkah tertentu setelah Korut melenyapkan pabrik nuklirnya, tetapi tak satu pun diwujudkan. ”Dia (Jong Un) menghadapi tugas mendesak untuk meningkatkan ekonomi sosialisnya. Ini tidak mungkin tanpa pencabutan sanksi,” kata Kim Myung-seok.
Ankit Panda dari Federasi Ilmuwan Amerika melihat pernyataan Kim Jong Un kali ini sangat kontras daripada pidatonya tahun lalu. Ketika itu dia memerintahkan produksi besar-besaran hulu ledak nuklir dan rudal balistik. Kini, Jong Un menyatakan bahwa Korut tidak lagi memproduksi, melakukan uji coba, dan mengembangkan senjata nuklir. Di sisi lain, dia minta AS melakukan tindakan yang sesuai.
Menurut Ankit Panda, jika benar, janji yang disampaikan Jong Un merupakan sebuah ”evolusi signifikan” dari keinginan pemimpin Korut itu.
Hampir senada, analis Harry Kazianist mengatakan, dari pidatonya, Jong Un mengirim pesan yang jelas bahwa Korut bersedia untuk tetap berunding dengan AS dan Korsel pada 2019 ini. ”Korut tampaknya bertekad tahun 2019 ini menerima sebagian pencabutan sanksi. Kendati demikian, tantangannya adalah, apakah tim Trump bersedia mundur dari posisinya, mencabut sanksi sama sekali,” kata analis dari National Interest yang berbasis di Washington. ”Pernyataan Kim Jong Un tampaknya memperlihatkan kesabarannya semakin tipis,” katanya lagi.
Adam Mount, seorang analis senior dari Federasi Ilmuwan Amerika, berpendapat, seharusnya AS menawarkan sesuatu yang lebih besar, termasuk pencabutan sanksi. ”Para negosiator AS harus bergerak meyakinkan dalam tahun baru untuk mencari jalan sejauh mana Kim bersedia melangkah memverifikasi senjata-senjatanya. Diskusi tentang pengurangan atau penghapusan senjata datang kemudian,” kata Mount.
Shin Beomchul dari Asan Institute untuk Studi Kebijakan di Seoul melihat pemimpin Korut tampak lebih percaya diri. Bahkan, kata pakar ini, Jong Un merasa berada di atas dalam negosiasi dengan AS sebagai negara bersenjata nuklir.
Korsel sambut positif
Korea Selatan beraksi positif terhadap pidato Kim Jong Un sebagaimana disampaikan Kementerian Unifikasi. ”Kami menyambut baik penegasan kembali perlucutan nuklir sepenuhnya dan perdamaian permanen Semenanjung Korea, demikian pula peningkatan hubungan Utara-Selatan,” demikian pernyataan Korsel.
Berbeda dengan Washington, hubungan Seoul dan Pyongyang tahun lalu mengalami progres signifikan. Setelah keikutsertaan Korut dalam Olimpiade Musim Dingin di Korsel, terjalin komunikasi lanjutan di antara pejabat kedua Korea. Bahkan, Jong Un terhitung sudah tiga kali bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in sepanjang tahun 2018. Dua pertemuan dilakukan di Desa Panmunjon, sedangkan satu pertemuan di ibu kota Korut, Pyongyang.
Korut dalam hal ini mengajukan sejumlah inisiatif rekonsiliasi, termasuk berupa proyek-proyek peremajaan infrastruktur kereta api Korut yang sudah usang dan penyambungan kembali jalur kereta api dengan Korsel.
(AFP/AP/REUTERS/RET)