JAKARTA, KOMPAS – Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2018 tidak mencapai target. Pihak Kementerian Pariwisata menyatakan, rangkaian bencana alam sejak pertengahan 2018 menjadi penyebab utama tidak tercapainya target itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari Januari hingga November 2018, mencapai 14,39 juta orang. Meskipun naik 11,63 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2017, jumlah ini masih di bawah target pemerintah, yaitu 17 juta orang.
Dalam penyampaian berita resmi statistik Rabu (2/1/2018) di Jakarta, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pada November 2018 hanya terdapat 1,15 juta turis asing yang datang ke Indonesia atau turun sebesar 11,26 persen dibandingkan Oktober 2018. Sebelum periode tersebut Lombok, Nusa Tenggara Barat, terkena dampak gempa yang besar.
“Penurunan jumlah kunjungan wisman pada November 2018 terjadi di sebagian pintu masuk udara. Persentase penurunan terbesar terjadi di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 70,07 persen. Sebab, sempat terjadi gempa bumi pada Juli dan Agustus kemarin,” kata Suhariyanto.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menyatakan, target kunjungan wisman tahun ini tidak tercapai. Hal ini disampaikan dalam Indonesia Tourism Outlook 2019 yang diselenggarakan Forum Wartawan Pariwisata di Jakarta.
“Target kunjungan wisman tahun ini 17 juta orang. Namun, banyak wisman yang membatalkan perjalanannya ke Indonesia karena gempa serta rangkaian bencana lainnya,” kata Arief. (Kompas, 28 November 2018)
Rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan 2018 memang mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisman. Namun, masih ada pilihan destinasi wisata lain bagi wisman yang masih kurang dipromosikan.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata kurang gencar dalam mempromosikan destinasi wisata yang tidak terdampak bencana. Ini menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya target kunjungan wisman.
“Logikanya, apabila promosi wisata selain wilayah terdampak bencana dilakukan secara gencar, maka seharusnya ada pergeseran dari yang destinasi yang terdampak bencana ke destinasi lain. Namun, kenyataannya, jumlah kunjungan wisman malah menurun pada November 2018,” kata Bhima.
Bhima menyampaikan, perlu adanya promosi yang lebih gencar terutama di media-media internasional. Tujuannya agar dapat mengenalkan Indonesia dan menggaet para wisman secara langsung.
Secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan, berdasarkan evaluasi Kementerian Pariwisata, ada beberapa hal yang mengakibatkan tidak tercapainya target jumlah kunjungan wisman pada 2018.
“Jatuhnya salah satu maskapai Indonesia (Lion Air PK-LQP) pada Oktober 2018, membuat beberapa negara mengeluarkan kebijakan untuk tidak menggunakan maskapai tersebut. Penyebab lainnya, paket wisata ‘Zero Dollar Tour’ di Bali yang membuat wisman China merasa dirugikan,” kata Guntur.
Bhima mengatakan, melalui ‘Zero Dollar Tour’, para wisman dari China seharusnya dapat berlibur ke Bali dengan harga murah. Para wisman dapat membeli paket wisata tersebut melalui agen travel di negara mereka (China).
“Dalam penerapannya, ‘Zero Dollar Tour’ melakukan praktik monopoli, yaitu hanya membawa para wisman dari China untuk berbelanja di tempat-tempat yang ditentukan. Tidak hanya itu, para wisman harus membayar lebih tinggi dan dengan metode pembayaran nontunai,” kata Bhima.
Meskipun demikian, Guntur menyatakan, penyebab tertinggi jumlah wisman tidak mencapai target yang efeknya masih dirasakan hingga sekarang adalah rangkaian bencana alam. “Sebab, persepsi para wisman, dampak bencana alam di suatu daerah akan berakibat pada negara secara keseluruhan,” ujarnya.
Maka, untuk mencapai target 20 juta kunjungan wisman di tahun 2019, Kementerian Pariwisata berkomitmen untuk melakukan tiga strategi.
“Pencapaian target harus diikuti strategi super extra ordinary, yaitu meningkatkan wisata di daerah perbatasan, misalnya Atambua dan Kepulauan Riau,” ujarnya.
Strategi lainnya, tourism hub (tempat wisman banyak berkunjung). Melalui strategi ini, Guntur menjelaskan akan menjalin kerja sama dan beriklan dengan agen-agen tur di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, serta Thailand.
“Strategi terakhir adalah dengan membangun terminal berbiaya rendah untuk menekan biaya parkir pesawat yang berbiaya rendah. Kami sudah berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura II untuk merealisasikannya,” papar Guntur.