Berharap Carita Kembali Ceria
Marni (50) bolak-balik berjalan di sepanjang garis Pantai Lagundi, kawasan wisata Carita, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (3/1/2019) siang. Sambil berjalan, kepalanya menengok ke kanan dan kiri, mencari orang yang berwisata.
“Saya mendengar dari tetangga, di pantai mulai ada tamu,” kata Marni. Mendengar kabar itu, ia dan dua anaknya pun segera ke pantai. Mereka berboncengan dengan satu sepeda motor melewati jarak 1 kilometer dari rumah.
Ibu tiga anak itu tak membawa apa-apa selain tas plastik hitam berisi minyak urut. “Biasanya ada saja tamu yang mencari jasa urut. Saya mau mencoba, agar dapat uang Rp 10.000 pun tidak masalah,” kata dia.
Sudah 12 hari ini keluarga Marni tidak berpenghasilan. Lapak minumannya di pantai itu sudah berhari-hari tutup seiring dengan tutupnya kawasan pantai setelah diterjang tsunami pada Rabu (22/12/2018) malam. Selain itu, barang dagangannya pun ludes tersapu gelombang.
“Saya sedih sekali, Jumat sebelum tsunami baru saja belanja kelapa 40 butir, semuanya hilang,” tutur Marni terbata-bata sambil menahan tangis.
Akibat tsunami, yang hilang bukan hanya seluruh barang dagangan Marni, melainkan juga sebagian tempat tinggalnya. Atap di rumahnya yang terletak di Desa Banjarmasin, Kecamatan Carita, hilang terbawa angin saat tsunami menerjang. Oleh karena itu, ia dan anak-anaknya tinggal di pengungsian.
Menurut Marni, di pengungsian kebutuhan pangan mereka terjamin. Hanya saja, ia juga membutuhkan uang. “Saya miris, kalau anak mau jajan saya enggak punya uang,” ujarnya.
Sementara itu, Marni yang tak memiliki pengalaman sekolah tak bisa mencari pekerjaan lain. Pantai merupakan satu-satunya tempat mencari rezeki. Dia berharap kawasan wisata Carita kembali ramai agar dapat jadi sumber penghidupan.
Kehilangan penghasilan
Hal serupa juga dilakukan Husniyah (40) dan suaminya, Irin (29), pedagang makanan dan minuman di Pantai Pasir Putih, kawasan Carita. Sudah dua hari terakhir, ia kembali ke kiosnya untuk merapikan barang-barang yang porak-poranda akibat tsunami. “Sembari beres-beres, kami juga melayani jika ada tamu yang mau membeli sesuatu,” kaya Husniyah.
Irin mengakui, terpaksa meninggalkan tempat pengungsian untuk kembali berjualan karena selama ini dia tak memiliki penghasilan. “Alhamdulillah, kemarin bisa dapat Rp 30.000 karena ada rombongan polisi yang membeli kopi,” kata dia. Akan tetapi, hari ini ia belum mendapatkan uang sepeser pun.
Irin mengatakan, sulit memenuhi kebutuhan hidup selama beberapa hari belakangan. Saat tsunami menerjang, ia dan istrinya lari tunggang langgang dari pantai sehingga uang simpanan mereka sebanyak Rp 2 juta turut hanyut dibawa gelombang.
Selama dua hari terakhir, Irin dan Husniyah datang ke kios pada pukul 06.00-17.00. Mereka mengabaikan imbauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk tidak beraktivitas pada radius 500 meter dari pesisir. Namun, Irin mengaku tetap waspada dan berjaga-jaga jika sampai terjadi tsunami susulan.
Asrul (61), pedagang pakaian di Pantai Karangsari, Carita, juga telah membuka lapaknya hari ini. Sebelumnya, Asrul datang ke kios hanya untuk merapikan baju yang berserakan. Ia berharap, ada pengunjung yang singgah di pantai meski belum dibuka secara resmi.
Asrul mengatakan, tsunami berdampak besar terhadap usahanya. Dalam kondisi normal, omzet Asrul minimal mencapai Rp 4 juta per minggu, sedangkan saat ini tak ada pemasukan. Perayaan tahun baru 2019 yang ia prediksi akan ramai pengunjung pun ternyata tinggal angan. "Ini bukan lagi lumpuh, melainkan mati total," ujar Asrul.
Sepi pengunjung
Perjuangan untuk membangkitkan perekonomian tidak hanya dilakukan oleh pelaku wisata kecil, tetapi juga usaha besar. Salah satunya Coconut Island Waterpark and Resort, di Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, yang tak jauh dari kawasan Carita.
Ketika tsunami menerjang, kompleks wisata yang terdiri dari 43 vila dan arena bermain air itu tidak terdampak signifikan. Air memasuki sebagian areal kompleks, namun tidak merusak bangunan. Meski demikian, seluruh pengunjung yang ada saat itu panik, mereka segera keluar dan meninggalkan barang-barangnya hingga saat ini.
Kepala Keamanan Coconut Island Waterpark and Resort M Sulam mengatakan, dua hari setelah tsunami beberapa tamu hendak berkunjung ke taman bermain air. Akan tetapi, petugas terpaksa menolak karena personel belum lengkap.
Sejak saat itu, tidak ada lagi pengunjung yang datang ke Coconut Island hingga saat ini.“Kami sudah buka secara resmi dan semua karyawan wajib masuk sejak 31 Desember 2018, tetapi tidak ada tamu sama sekali,” ujar Sulam. Ia berharap, kondisi pesisir Banten lekas pulih agar pariwisata kembali hidup.
Selain obyek wisata, hotel juga masih sepi dari pengunjung pascatsunami. Hotel Pondok Lucia di Carita misalnya, baru kedatangan satu tamu sejak beroperasi pada Senin (31/12/2018) silam. Hotel ini memiliki 11 kamar dan enam ruangan seperti vila yang dapat digunakan.
Manajer Pondok Lucia Reza Andika mengungkapkan, sejumlah terobosan sudah dipikirkan untuk menarik wisatawan kembali pascatsunami. Namun, belum dapat terealisasi dalam waktu dekat. Pihaknya masih menunggu bantuan pemerintah untuk membangun pemecah ombak dan pencegah abrasi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten Achmad Sari Alam mengatakan, hampir tidak ada tamu yang menginap di hotel-hotel dari Anyer, Kabupaten Serang sampai Carita dan Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang pascatsunami hingga kini. “Pada malam tahun baru lalu, tingkat okupansi hotel anjlok, bahkan bisa nol persen. Sekarang, masih seperti itu,” kata Achmad
Selain itu, peringatan agar masyarakat sebisa mungkin tidak beraktivitas di pesisir atau menjauhi pantai dengan jarak setidaknya 500 meter masih berlaku. “Lalu, ada informasi mengenai potensi tsunami susulan. Wisatawan mana mau pergi ke pantai,” ucap Achmad.
Bupati Pandeglang Irna Narulita menyebutkan, proses pemulihan ekonomi khususnya pariwisata yang terdampak tsunami akan didukung penuh Kementerian Pariwisata dengan membawa agenda pariwisata nasional ke Pandeglang. Kawasan wisata di Pandeglang antara lain, kawasan Carita, Tanjung Lesung, dan Taman Nasional Ujung Kulon beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Irna menambahkan, pemilik hotel atau vila telah mengasuransikan bangunannya sehingga proses pembangunan kembali dapat dilakukan. Selain itu, usaha mikro, kecil, dan menengah yang berada 100 meter dari garis pantai akan direlokasi. Upaya relokasi itu akan dibantu oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan dana-dana kepedulian sosial dari kementerian terkait.
"Saya terus berkomunikasi dengan kementerian maupun lembaga terkait untuk bantuan pemulihan pascabencana termasuk pariwisata. Pendataan masih terus dilakukan," ucap Irna.
Irna mengatakan, mitigasi bencana menjadi penting khususnya di area pesisir yang rawan bencana. Untuk itu, akan dibuat jalur-jalur evakuasi, termasuk tangga darurat untuk membantu ketika terjadi bencana. Jalur-jalur evakuasi itu termasuk di area hotel.
Kawasan wisata Carita dan sekitarnya yang kini masih lumpuh tak pelak membuat ribuan warga di sekitarnya turut menderita karena kehilangan penghasilan. Mereka berharap, pariwisata segera pulih dan dipenuhi tawa ceria pengunjung. (NIA/BAY/PDS/E10/E17)