Sejumlah Warga Terdampak Tsunami Ingin Direlokasi ke Tempat Aman
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS —Warga terdampak tsunami Selat Sunda yang bemukim di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, berharap dapat direlokasi ke tempat yang aman dan nyaman. Mereka pun berharap agar tempat relokasi tersebut dapat mempermudah mereka dalam melanjutkan aktivitasnya sebagai nelayan.
Zaenal (53), warga Kampung Lentera, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, ini sampai sekarang masih mengungsi di rumah temannya yang berada jauh dari pantai. Sementara Kampung Lentera tempat tinggal Zaenal yang berada 5 meter dari bibir pantai sudah hancur dihantam tsunami.
"Rumah saya sudah hancur dan tidak ada yang tersisa," kata Zaenal, Kamis (3/1/2019). Ia pun hanya mengandalkan bantuan dari relawan untuk bertahan hidup.
Zaenal pun berharap agar dia bersama keluarganya dapat direlokasi ke permukiman yang baru, yang berada jauh dari pantai. Dia mengaku, hingga saat ini masih trauma terhadap bencana tsunami sehingga tidak berani lagi tinggal di kawasan pantai.
Sementara rencana pemerintah menyediakan hunian sementara bagi warga terdampak tsunami, itu belum diketahui Zaenal. Dia pun berharap agar dia bisa diikutsertakan dalam program relokasi itu. “Saya belum tahu ada relokasi dan hunian sementara. Kalau pemerintah mau merelokasi, saya mau dipindah,” ucapnya.
Sebuah eskavator meratakan sisa-sisa reruntuhan bangunan yang hancur akibat tsunami Selat Sunda di Kampung Lentera, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (3/1/2019). Para penyintas tsunami Selat Sunda berharap dapat direlokasi yang ke tempat yang lebih aman dan dekat dengan sungai agar tetap dapat menjadi nelayanDarto (40), warga Kampung Lentera lainnya juga berharap dapat direlokasi ke tempat yang lebih aman. Hingga kini Darto juga mengungsi di rumah saudaranya. Ia enggan tinggal di posko pengungsian karena memiliki balita, sehingga butuh tempat yang nyaman dan tenang."Di sini (Kampung Lentera) zona merah, sehingga tidak mungkin lagi ditempati," ujarnya.
Warga Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, juga bersedia direlokasi ke tempat yang lebih aman. apabila harus direlokasi. Mereka mau dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
Aceng (40), warga Kampung Kelip, Desa Teluk, ini masih trauma untuk kembali ke kampungnya. Ia takut dengan ombak yang tinggi.
Ia berharap dipindahkan ke tempat yang layak dan jauh dari pantai. Untuk sementara, ia tinggal di posko pengungsian. “Saya butuh waktu untuk menenangkan pikiran. Di sini (posko pengungsian) saya kerja serabutan,” jelasnya.
Tetap Diberi Akses Melaut
Was An (35), warga Kampung Nelayan 2, Desa Teluk, juga berharap direlokasi ke tempat yang lebih aman. Hanya ia berharap hunian yang baru tetap dapat mempermudah dirinya dalam mencari nafkah sebagai nelayan.
“Jika kami dipindah, sebaiknya lokasinya berada di dekat sungai sehingga kami masih mudah untuk memarkir kapal. Dengan demikian kami tetap bisa melaut,” jelasnya.
Darto dan Zaenal yang juga bekerja sebagai nelayan, pun berharap direlokasi ke tempat yang memiliki akses transportasi yang memudahkan mereka ke pantai. Namun, mereka tetap menyerahkan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah dan kesepakatan masyarakat.
“Yang terpenting tempat tinggal yang baru itu aman, nyaman, dan layak untuk anak-anak,” jelas Darto.
Enggan pindah
Meskipun sebagian besar warga ingin direlokasi dan tinggal di hunian sementara, tetapi ada yang enggan untuk dipindah. Mereka tetap bertahan karena alasan pekerjaan dan hunian yang disediakan pemerintah dinilai kurang layak huni.
Nining Nurbaya (37), salah satunya, enggan direlokasi ke tempat lain. Padahal rumahnya di Kampung Lentera, Desa Cigondang, tak luput dari hantaman tsunami. Bagian belakang rumahnya jebol diterjang tsunami. Sebagian besar perabot rumah tangga dan kios kelontong di rumahnya pun rusak oleh ombak tsunami.
Sampai sekarang, ibu dua anak ini mengungsi rumah orangtuanya di Desa Sidamukti, Kecamatan Sukaresmi, Banten
"Tidak mau direlokasi dan tinggal di hunian sementara. Saya jualan di sini (Cigondang), cari penghasilan. Saya akan pertimbangkan kalau ada warung pengganti untuk berjualan," ucap Nining.
Alasan lain yang membuat ia enggan direlokasi maupun tinggal di huntara karena lokasi relokasi dan hunian sementara tidak layak untuk dihuni. Bentuk dari ketidak layakan itu, ialah ketiadaan sanitasi seperti mck dan sumber air.
Warga lain di Desa Cigondang, Kude (70), juga enggan pindah, meskipun rumahnya hilang tersapu tsunami. Di usianya yang sudah tua, kude hanya pasrah dan berharap mendapat bantuan dari pemerintah. "Sudah tua begini, repot harus pindah tempat tinggal," ujar Kude. (PDS/E17)