JAKARTA, KOMPAS - Meski bersikap konservatif, perbankan optimistis kualitas penyaluran kredit pada 2019 akan lebih baik dari tahun lalu. Optimisme ini dibangun seiring dengan harapan kondisi global tidak terlalu menekan ekonomi makro tahun ini.
Pertumbuhan kredit pada 2018 secara tahunan, disinyalir lebih rendah daripada target revisi yang dipasang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kisaran 13 persen.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit perbankan tahun lalu hingga November 2018 mencapai 11,9 persen secara tahunan. Sementara, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan pertumbuhan kredit hingga Desember 2018 mencapai 12,45 persen secara tahunan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Suprajarto mengatakan dari sisi fungsi intermediasi, kredit pada tahun ini akan lebih baik dari 2018. Perbaikan kualitas kredit akan membuat tahun ini pertumbuhan kredit berada di kisaran 15 persen.
Hingga akhir September 2018, posisi (outstanding) kredit BRI mencapai Rp 808,9 triliun atau naik 16,5 persen secara tahunan. Hal ini pun diikuti pertumbuhan aset secara konsolidasi sebesar 13,9 persen secara tahunan. Dari sisi komposisi kredit, kontribusi segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 76,9 persen dari total penyaluran pembiayaan.
“Dari sisi intermediasi, kinerja penyaluran kredit pada triwulan IV-2018 tidak lebih buruk dibandingkan triwulan III-2018,” ujarnya di Jakarta, Kamis (3/1/2018).
Dihubungi terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Anggoro Eko Cahyo mengatakan fokus utama BNI tahun ini adalah menjaga pertumbuhan kredit pada level yang sama dengan sepanjang tahun lalu.
Pada triwulan III-2018, BNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 65,64 triliun atau meningkat 15,6 persen secara tahunan.
“Kami masih tetap sesuai dengan akhir tahun, kami akan tumbuh kredit minimal sama dengan tahun 2018 sekitar 15 persen. Range tahun ini sekitar itu, kami akan jaga pertumbuhan yang minimal sama,” katanya.
Sementara itu, Direktur Strategi, Risiko, dan Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Mahelan Prabantarikso memproyeksikan pertumbuhan kredit pada tahun ini akan lebih konservatif dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kami ikuti pertumbuhan makro, jadi kredit kira-kira di posisi 14 persen. Kondisi makro diperkirakankan masih akan menberi tekanan terhadap likuiditas,” jelasnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, tahun 2019 pengawasan akan lebih intensif dilakukan pada level individual perbankan. Debitor dengan status risiko kredit kolektabilitas 2, diharapkan dapat diturunkan menjadi status kolektabilitas 1.
“Kami harapkan tahun ini tidak ada situasi-situasi global mengejutkan seperti tahun kemarin. Tahun ini pengawas tetap melakukan pengawasan bank secara individual. Supaya risiko-risiko likuiditas, risiko kredit, itu kita bisa jaga dengan baik,” ujarnya.
Heru menuturkan, OJK juga akan melakukan evaluasi kinerja terhadap bank sesuai dengan kondisi masing-masing. Evaluasi tersebut akan menentukan arahan lanjutan dari OJK kepada bank tersebut, baik untuk mempercepat laju pertumbuhan kredit ataupun sebaliknya.
Secara umum, dia menyampaikan bahwa dari rencana bisnis bank (RBB) yang diterima, bank besar rata-rata menargetkan pertumbuhan kredit pada kisaran 13 persen. Namun, proyeksi tersebut belum mewakili proyeksi sektor perbankan secara umum karena hanya mewakili RBB bank BUKU IV dan BUKU III.