Investasi Industri Kimia dan Farmasi Bisa Mencapai Rp 130 Triliun
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Meski memasuki tahun politik, pemerintah optimistis investor jangka panjang akan tetap menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satunya di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil, Kementerian Perindustrian memproyeksikan nilai investasi bisa mencapai Rp 130 triliun di 2019. Investasi diyakini dapat memperdalam struktur sektor manufaktur di Indonesia sekaligus mensubstitusi produk impor.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Achmad Sigit Dwiwahjono, Jumat (4/1/2019), mengatakan, dari sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT), investasi di industri kimia diperkirakan paling besar nilainya.
Hal itu karena industri kimia tergolong padat modal dan membutuhkan teknologi tinggi. Selain itu, industri kimia dinilai berperan strategis sebagai sektor hulu lantaran produksinya dibutuhkan sebagai bahan baku oleh industri lain.
“Sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk ekspansi di industri hulu kimia. Misalnya dari Korea Selatan, yang hingga saat ini masih dalam tahap pembicaraan,” kata Sigit melalui siaran pers Jumat (4/1/2018)
Beberapa waktu lalu, telah terealisasi pembangunan industri petrokimia untuk memproduksi naphtha cracker di Cilegon, Banten.
Investasi tersebut merupakan komitmen PT Lotte Chemical Indonesia yang menggelontorkan dananya sebesar 3,5 miliar dollar AS untuk menghasilkan naphtha cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Selain itu, PT Chandra Asri Petrochemical menyuntik dana hingga 5,4 miliar dollar AS, yang di antaranya guna memproduksi naphtha cracker mencapai 2,5 juta ton per tahun.
“Kami akan mendorong percepatan pembangunan kompleks petrokimia, sehingga akan mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen. Kami juga berharap agar proyek ini lebih mengutamakan penggunaan komponen lokal dan melibatkan tenaga kerja dari dalam negeri,” paparnya.
Dalam upaya memasok tenaga kerja yang kompeten, Kemenperin bakal memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon pada tahun 2019.
Program pelatihan dan pendidikan vokasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operator atau tenaga kerja lainnya untuk industri petrokimia.
Sigit optimistis, pertumbuhan industri farmasi di Indonesia mampu menembus level 7-10 persen pada tahun 2019. Selain dipacu peningkatan investasi, kinerja positif industri farmasi terkatrol dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional.
“Program itu masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya, karena meningkatkan permintaan,” ujarnya.
Hingga Desember 2018, investasi industri nonmigas diperkirakan mencapai Rp 226,18 triliun. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut, populasi industri besar dan sedang bertambah sebesar 6.000 unit usaha. Ada 10.000 unit usaha industri kecil mengalami penambahan jumlah izin.
Dari capaian tersebut, total tenaga kerja di sektor industri yang telah terserap sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4 persen dibanding tahun 2015 di angka 15,54 juta orang.