JAKARTA, KOMPAS — Kereta Api Pangrango rute Bogor-Sukabumi yang sempat terganggu longsor mulai beroperasi kembali dan pekerja PT Kereta Api Indonesia terus memperkuat jalur rel, Jumat (4/1/2019). Namun, petugas tetap menurunkan kecepatan kereta di sekitar lokasi longsor untuk mengantisipasi masalah yang mungkin muncul.
Sejak Rabu (2/1/2019) sore, perjalanan KA Pangrango rute Bogor-Sukabumi terganggu longsor di empat lokasi di Desa Cibalung, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi itu berada di Kilometer 12+700, 12+200/300, 12+100/200, dan 11+200/300. Longsor dipicu hujan deras yang melanda kawasan Bogor dan sekitarnya pada Rabu siang.
Senior Manager Humas PT KA Daerah Operasi I Jakarta Edy Kuswoyo mengatakan, jalur yang terdampak longsor sudah selesai diperbaiki pada Kamis (3/1/2019) malam. Sekitar pukul 23.00, petugas juga menguji coba jalur dengan lokomotif.
”Kereta sudah beroperasi sesuai jadwal biasanya. Kereta pagi dari Bogor atau Sukabumi tadi sudah berangkat. Cuma di sekitar lokasi longsor kecepatan kami turunkan menjadi 5 kilometer per jam untuk antisipasi. Biasanya kecepatan kereta 60 kilometer per jam,” kata Edy, Jumat.
Edy mengatakan, meski jalur sudah bisa dilewati, pekerja masih terus memperkuat jalur yang terdampak longsor. Penguatan ditargetkan selesai Jumat. Jika telah selesai, kereta api akan melaju dengan kecepatan normal, 60 kilometer per jam.
Setiap hari, jalur kereta api Bogor-Sukabumi dilalui enam kereta penumpang, yaitu tiga kereta rute Bogor-Sukabumi dan tiga kereta rute Sukabumi-Bogor. Kejadian ini sempat menyebabkan pembatalan dan pemotongan relasi kereta api.
Perjalanan KA Pangrango Bogor-Sukabumi yang biasanya bermula dari Stasiun Paledang, pada Kamis dimulai dari Stasiun Cigombong ke Stasiun Sukabumi atau sebaliknya. Penumpang diminta membeli tiket rute Cigombong-Sukabumi.
Executive Vice President Daop 1 Jakarta Dadan Rudiansyah dalam siaran persnya mengatakan, kebijakan itu diberlakukan guna memastikan keselamatan dan keamanan perjalanan kereta api. Dalam proses perbaikan jalur, tim PT KAI Daop 1 bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Tanah labil
Longsor di empat lokasi jalur kereta itu terjadi pada Rabu sekitar pukul 14.45. Sebelumnya, hujan deras melanda lokasi sejak pukul 11.30 hingga menjelang pukul 15.00. Lokasi paling parah terdapat di Kilometer 2+700 yang berjarak sekitar 1 kilometer sebelum Stasiun Maseng dari arah Bogor. Tebing di bawah rel longsor sepanjang 20 meter dengan kedalaman 7 meter.
Cecep Supriatna (30), warga Desa Cibalung, mengatakan, baru menyadari ada longsor ketika dirinya hendak mengambil buah nangka di sekitar area persawahan di seberang rel.
”Ketika mau menyeberang, baru sadar ternyata sudah longsor (Kilometer 12+200/300). Warga sudah ramai,” ujar Cecep.
Kamis kemarin, Edy Kuswoyo mengatakan, longsor tidak sampai merusak rangkaian rel. Kejadian longsor tidak menyebabkan kecelakaan pada kereta yang beroperasi pada Rabu. ”Kebetulan kereta terakhir sudah lewat ke arah Sukabumi sebelum longsor terjadi. Setelah longsor, petugas pemantau rel langsung melapor,” kata Edy.
Edy menambahkan, tanah yang dilewati jalur kereta api Bogor-Sukabumi memang labil. Setidaknya ada 67 titik rawan di sepanjang jalur itu, di antaranya 44 titik longsor, 7 titik banjir, dan 16 titik ambles. Dari Stasiun Paledang ke Stasiun Maseng, menurut Edy, ada 31 titik rawan longsor.
”Petugas penjaga rel kami selalu siaga memantau kondisi rel dan melaporkan jika ada kondisi jalur yang membahayakan. Kami juga punya material siaga di setiap stasiun,” ujarnya. (YOLA SASTRA)