JAKARTA, KOMPAS - Aksi beli asing sejak pekan terakhir Desember 2018 masih berlanjut di awal tahun ini. Dalam sepekan terakhir, aksi beli asing di bursa saham Indonesia mencapai Rp 789 miliar. Persepsi investor semakin positif seiring fundamen ekonomi nasional yang membaik.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Jumat (4/1/2018), berada di level 6.274,54, naik 1,29 persen dari level 6.194,50 di awal pekan.
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi bursa di awal tahun 2019 juta mengalami peningkatan sebesar 1,3 persen menjadi sebesar Rp 7.115,04 triliun, dari penutupan Jumat pekan sebelumnya, sebesar Rp 7.023,50 triliun.
Analis senior Infovesta Utama, Praska Putrantyo mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menambah kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi nasional.
“Pergerakan kurs juga menjadi salah satu yang menjadi penilaian investor dalam menentukan investasinya di suatu negara,” katanya.
Praska menilai situasi Amerika Serikat yang kurang kondusif menyusul penutupan pemerintahannya memicu aliran dana masuk ke negara berkembang, salah satunya Indonesia sehingga berdampak pada penguatan kurs dan saham.
Sepanjang perdagangan hari ini, investor asing membukukan aksi beli bersih sebesar Rp 393,01 miliar. Tercatat hari ini, frekuensi perdagangan dilakukan sebanyak 407.963 kali, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 10,36 miliar lembar saham senilai Rp 7,62 triliun.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan di pasar modal, sebanyak 222 saham naik, 176 saham menurun, dan 146 saham stagnan.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan, sepanjang tahun 2019 potensi dana asing kembali masuk ke pasar modal semakin besar. Pasalnya stabilitas ekonomi domestik tahun ini diproyeksi akan lebih baik dari tahun lalu.
“Sentimen negatif ekonomi global, terutama dari AS, mereda. Arus modal asing bisa kembali masuk. Namun seberapa besar aliran itu, masih bergantung dari likuiditas pasar moda,” ujarnya.
Menurut Frederik, hal yang paling penting bagi investor asing adalah terkendalinya situasi politik lokal dan luar negeri. Investor asing akan lebih memilih berinvestasi di pasar negara berkembang lantaran imbal hasil US treasury yield saat ini cenderung rendah.
“Apa lagi indeks bursa AS juga sedang menurun. Investor akan lebih memilih lari ke pasar modal negara yang tidak terdampak perang dagang dan krisis ekonomi,” ujarnya.
Saham-saham dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas besar, menurut dia, akan menjadi perhatian investor asing. Pasalnya, saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar relatif lebih mudah untuk dijual kembali.