Produksi Rumput Laut Turun, tetapi Ekspornya Menguat
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produksi rumput laut menurun tiga tahun terakhir, tetapi nilai ekspornya justru cenderung naik. Pelaku usaha berupaya mengambil peluang pasar di tengah era perang dagang (trade war) negara-negara maju.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut basah tahun 2016 sebesar 11.631.586 ton atau 90 persen dari target 13 juta ton. Tahun 2017, produksi rumput laut turun menjadi 10.456.043 ton atau 65,35 persen dari target 16 juta ton. Sementara itu, dalam triwulan I-III (Januari-September) 2018, produksi rumput laut basah hanya 7.567.125 ton. Tahun 2019, KKP menargetkan produksi rumput laut mencapai 19,5 juta ton basah.
Meski terjadi penurunan produksi, ekspor rumput laut meningkat. Selama triwulan I-III 2018, volume ekspor rumput laut 175.640 ton atau naik 14,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 152.900 ton. Nilai ekspor juga melonjak 54,19 persen, yakni dari 156,69 juta dollar AS menjadi 241,59 juta dollar.
Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia Safari Azis, di Jakarta, Kamis (3/1/2019), mengemukakan, penurunan produksi tahun ini terutama dipicu musim hujan. ”Biasanya menjelang musim hujan petani mulai hati-hati produksi,” katanya.
Meski demikian, pihaknya terus berupaya mendorong kualitas rumput laut dan olahannya agar memperoleh nilai jual lebih tinggi sekalipun di era perang dagang, di samping membangun citra positif rumput laut dari masalah yang pernah dialami di Amerika Serikat.
Sebelumnya, produk karagenan dan agar-agar dari rumput laut terancam dikeluarkan (delisting) dari daftar produk organik, National Organic Standards Board (NOSB). Namun, Departemen Pertanian AS (USDA) menerbitkan keputusan agar-agar dan karagenan tetap masuk dalam daftar produk organik pada 4 April 2018 dan berlaku efektif mulai 29 Mei 2018.
Saat ini, negara tujuan utama ekspor bahan baku rumput laut yakni China, Uni Eropa, AS, Korea Selatan, dan Jepang. Sementara itu, pasar utama produk olahan rumput laut berupa karagenan dan agar-agar antara lain China, AS, Jepang, dan Rusia. Selain itu, beberapa negara di Asia, seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina.
”Kami justru ambil langkah agar dapat mengambil peluang dengan adanya perang dagang,” katanya.
Upaya pembenahan antara lain cara budidaya dan penanganan pascapanen. Selain itu, perbaikan teknologi pengolahan, peningkatan produktivitas pekerja, dan manajemen permodalan.
Menurut Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo, tren penurunan produksi rumput laut karena terjadi kerusakan akibat lumut penyakit ais-ais di beberapa sentra produksi akibat pengaruh cuaca.
Dari data ARLI, jenis rumput laut di Indonesia mencapai ratusan spesies, meliputi 201 spesies rumput laut, 238 spesies coklat, dan 452 spesies merah. Dari jumlah itu, baru 3 spesies yang dikembangkan, yakni rumput laut merah Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, dan Gracilaria verrucosa.
Sementara itu, industri pengolahan rumput laut di Indonesia berjumlah 35 industri dengan produk turunan di antaranya berupa produk semi bahan baku (chip) semi refine karagenan.