Korban longsor Sukabumi berharap relokasi tak hanya rumah, tetapi juga lahan pertanian dan sekolah anak.
SUKABUMI, KOMPAS Korban longsor di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berharap relokasi tidak sebatas memindahkan rumah yang hancur. Mereka ingin jaminan kehidupan jangka panjang dan menyeluruh, seperti lahan pertanian dan fasilitas pendidikan anak.
”Kami sangat takut untuk kembali ke lokasi itu. Selain itu, kami butuh jaminan hidup, seperti lahan bertani dan pendidikan anak yang dekat permukiman relokasi,” ujar Suhendi (32), seorang penyintas longsor, Kamis (3/1/2019).
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengumumkan, Garehong tidak cocok untuk tempat tinggal karena rawan longsor. Hal itu diperparah dengan kebiasaan warga menggunakan lahan miring untuk persawahan.
Suhendi, istri, dan dua anaknya tinggal di rumah kerabat sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya.
Sumar (35), warga Garehong lain, berharap sama. ”Warga terbiasa bertani sesuai warisan leluhur. Jadi, lahan pertanian sebaiknya ikut direlokasi. Jika tidak, warga kembali bertani di kawasan berbahaya,” ujarnya.
Wiharta (33), yang kedua orangtuanya meninggal terkena longsor, menyatakan siap dipindahkan ke mana saja. Yang penting ada sawah untuk bertani.
Kearifan lokal
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam kunjungan ke lokasi longsor, berjanji memberi kepastian relokasi korban longsor. Relokasi akan tetap memerhatikan mata pencarian dan kearifan lokal masyarakat adat.
”Yang paling penting adalah relokasi perumahan. Sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat asal mereka karena sudah lekat dengan budaya dan mata pencariannya,” ujar Agus.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjamin pendidikan anak-anak korban longsor.
Longsor susulan berupa material batu besar, Rabu (2/1) pukul 23.30, tidak menghambat proses evakuasi, Kamis.
Batu-batu itu memang hendak disingkirkan karena mengganggu evakuasi, tetapi malamnya jatuh lebih dulu. Batu-batu itu jatuh ke sungai yang jauh dari tempat pencarian.
”Pencarian korban masih kami lakukan,” kata Komandan Resor Militer 061/Surya Kencana Kolonel Mohamad Hasan, Kamis pagi.
Meski demikian, daerah sekitar lokasi bencana masih berpotensi terjadi longsor susulan dari bukit setinggi 200 meter. Adapun tanah di sekitar lokasi kejadian yang berada di ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut belum stabil dan hujan masih terus turun sehingga membuat tanah semakin lengket dan licin.
Hingga Kamis malam, korban meninggal yang telah ditemukan 18 orang. Sebanyak 15 korban lain masih dicari. Ketebalan material longsor yang mencapai 4 meter menyulitkan tim SAR gabungan mencari korban.
Lima korban terbaru ditemukan dalam rentang waktu 4 jam, demikian Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional Brigadir Jenderal Nugroho Budi Wiryanto dalam konferensi pers. Hal itu berkat strategi tim SAR gabungan membagi wilayah menjadi enam sektor dan melakukan pencarian secara bersamaan.(KEL/BOW/TAM)