Setahun Terakhir, Penumpang Bandara Banyuwangi Tumbuh Pesat
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dalam setahun terakhir, sejak Bandara Banyuwangi dikelola PT Angkasa Pura II, jumlah penumpang tumbuh hingga lebih dari 90 persen. Pertumbuhan tersebut diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat dari sektor pariwisata.
Bandara Banyuwangi merupakan salah satu dari 15 bandara yang pengelolaannya diserahkan Kementerian Perhubungan kepada PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Adapun PT Angkasa Pura II mengelola Bandara Banyuwangi sejak 22 Desember 2017.
”Selama setahun, kami berhasil menumbuhkan jumlah penerbangan yang diikuti dengan jumlah penumpang. Jumlah penerbangan tumbuh 61 persen, sementara jumlah penumpang tumbuh 92 persen,” ujar Eksekutif General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Anton Marthalius di Banyuwangi, Jumat (4/1/2019).
Pencatatan tersebut dilihat dari pertumbuhan jumlah penumpang dan penerbangan selama dua tahun dari Januari 2017 hingga Desember 2018. PT Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi merilis perbandingan jumlah penumpang dan penerbangan sebelum dan sesudah mengelola Bandara Banyuwangi.
Dalam data tersebut tercatat, selama 2017, total penumpang selama satu tahun mencapai 190.369 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 94.055 penumpang yang tiba dan 96.314 penumpang yang berangkat.
Sementara pada 2018, jumlah penumpang selama satu tahun mencapai 366.155 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 183.481 penumpang tiba dan 182.683 penumpang berangkat.
”Sementara jumlah pergerakan pesawat di tahun 2017 mencapai 2.967 pergerakan meningkat menjadi 4.782 pergerakan selama 2018,” ujar Anton.
Pertambahan penerbangan dampak dari peningkatan kapasitas dan fasilitas bandara. Beberapa di antaranya perluasan apron, penguatan landasan, dan pembangunan terminal baru.
Asisten Manager Maintenance Fasility Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Andry Lesmana mengatakan, perluasan apron menambah kapasitas parkir pesawat. Semula, dengan luas apron 18.000 meter persegi hanya mampu menampung 3 pesawat, kini setelah bertambah menjadi 41.000 meter persegi mampu menampung 9 pesawat.
”Kapasitas landasan juga kami tingkatkan dari PCN (Pavement Clasification Number) RunWay dari 37 ke PCN 56. Peningkatan kapasitas ini membuat landasan bandara Banyuwangi yang semula hanya dilandasi pesawat berbadan kecil kini bisa dilandasi pesawat berbadan sedang hingga besar seperti Airbus A-320,” ujar Andry.
Bandara Banyuwangi juga telah dilengkapi terminal baru dengan konsep green airport. Terminal baru ini lebih besar dibandingkan terminal lama. Terminal baru dirancang menampung 2 juta penumpang per tahun, sementara terminal lama hanya 500.000 penumpang per tahun.
Bandara yang baru aktif pada 2010 tersebut, per 19 Desember juga sudah melayani penerbangan internasional langsung dari Kuala Lumpur ke Banyuwangi pergi-pulang. Namun, status bandara internasional tersebut masih bersifat sementara sembari menunggu hasil evaluasi selama tiga bulan.
Selain penerbangan internasional Kuala Lumpur-Banyuwangi, jumlah penerbangan di Bandara Banyuwangi juga bertambah seiring penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi oleh maskapai Batik Air. Dengan demikian, jumlah penerbangan domestik di bandara itu menjadi 18 penerbangan sehari. Jumlah itu belum termasuk penerbangan internasional Kuala Lumpur-Banyuwangi seminggu tiga kali.
Ekonomi daerah
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas optimistis pembukaan rute internasional membuat Banyuwangi kian berkembang. Peningkatan kapasitas dan fasilitas bandara diharapkan berdampak positif bagi perekonomian Banyuwangi.
”Sekarang pergi ke Banyuwangi semakin mudah. Diharapkan berdampak pada ekonomi warga. Karena semakin baik bandaranya, semakin banyak penerbangan ke Banyuwangi, maka semakin banyak orang berkunjung ke Banyuwangi. Kalau itu terjadi, ekonomi berputar, tidak hanya investor yang datang, tetapi pengunjung yang belanja kuliner, wisata, dan oleh-oleh semakin banyak sehingga dagangan warga Banyuwangi semakin laku,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2017, wisatawan asing tinggal 2,2 malam di Banyuwangi dengan rata-rata pengeluaran Rp 2,7 juta per orang. Turis domestik menghabiskan Rp 1,5 juta. Adapun total uang yang berputar dari wisata mencapai Rp 7,9 triliun.
Akses yang kian terbuka diharapkan mendongkrak sektor pariwisata di Banyuwangi. Hingga kini, pariwisata masih diharapkan menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) setempat. Tahun 2017, PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp 22 miliar, sedangkan tahun 2016 mencapai Rp 18 miliar.
Hingga pertengahan Desember 2018, PAD dari sektor pariwisata menyumbang Rp 27 miliar. Pada 2019, jumlah PAD dari sektor ini diharapkan mampu mencapai Rp 40 miliar.