Lagi, China Potong Kewajiban Jumlah Dana Cadangan Bank
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
BEIJING, JUMAT -- Bank sentral China mengatakan pada hari Jumat (4/1/2019) bahwa pihaknya memotong jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan. Kebijakan untuk kelima kalinya dalam satu tahun terakhir itu dapat menambah pasokan hingga 116 miliar dollar AS untuk pinjaman baru yang diharapkan mengurangi risiko perlambatan ekonomi yang lebih tajam.
Langkah-langkah dukungan terbaru itu datang di tengah meningkatnya kekhawatiran perekonomian China sebagai negeri dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. China tengah menghadapi permintaan yang melambat di dalam negeri dan menghadapi konsekuensi langsung dan tidak langsung terhadap tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat.
Pasar saham global turun cukup dalam pada perdagangan Kamis (3/1/2019) setelah muncul peringatan dari raksasa teknologi Apple Inc tentang melambatnya penjualan di China, sementara data awal pekan ini menunjukkan aktivitas manufaktur negara itu menyusut pada Desember untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Pemotongan rasio persyaratan cadangan bank (RRR) adalah yang pertama pada tahun 2019 oleh People\'s Bank of China (PBOC) karena ekonomi menghadapi pertumbuhan terlemah sejak krisis keuangan global dan tekanan yang meningkat terkait tarif AS. Rasio persyaratan cadangan (RRR) - saat ini 14,5 persen untuk lembaga besar dan 12,5 persen untuk bank kecil - akan diturunkan dengan total 100 basis poin (bps) dalam dua tahap, demikian dikatakan salah satu pejabat PBOC.
Pemotongan akan efektif pada 15 Januari dan 25 Januari, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek panjang ketika kondisi uang sering semakin ketat. Langkah ini akan membebaskan 800 miliar yuan (116,51 miliar dollar AS) setelah bank menggunakan sebagian 1,5 triliun yuan dalam likuiditas yang dilepaskan ke dalam sistem keuangan untuk membayar kembali pinjaman jangka menengah yang jatuh tempo.
"Pelonggaran kebijakan akan ditingkatkan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang," kata Capital Economics dalam sebuah catatan penelitian. "Dengan pertumbuhan kredit masih melambat dan, biasanya, jeda enam bulan sebelum perubahan haluan mempengaruhi perekonomian, kekhawatiran tentang prospek China akan bertahan selama beberapa bulan."
Pemotongan lebih lanjut dalam RRR telah diperkirakan secara luas tahun ini, terutama setelah serentetan data yang lemah dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan ekonomi China terus kehilangan tenaganya. Ukuran pergerakan berada di ujung atas ekspektasi pasar, dan dana bersih yang dikeluarkan akan menjadi jumlah terbesar dalam lima pemotongan sejak Januari lalu.
Pengumuman itu datang hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan China akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan perekonomian, termasuk pemotongan RRR dan lebih banyak pemotongan pajak dan biaya.
Pihak bank sentral China mengatakan pertumbuhan ekonomi China masih dalam kisaran yang wajar dan akan terus menerapkan kebijakan moneter yang bijaksana, tanpa terlibat dalam stimulus besar-besaran. "Kami akan mempertahankan likuiditas yang wajar dan memadai, mempertahankan pertumbuhan yang wajar dalam skala uang dan kredit dan pembiayaan sosial, menstabilkan leverage makro, dan mencari keseimbangan internal dan eksternal," demikian pihak bank sentral China.
Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan turun menjadi sekitar 6,5 persen tahun lalu, sejalan dengan target Beijing setelah turun dari 6,9 persen pada 2017. Perlambatan lebih lanjut terlihat tahun ini, dengan beberapa analis memperkirakan pertumbuhan akan melemah hingga hampir 6 persen, yang akan menandai ekspansi China yang paling lemah sejak 1990. (REUTERS)