JAKARTA, KOMPAS — PT Jasa Raharja (Persero) menggencarkan layanan digital untuk mendorong kinerja perusahaan dan mempermudah pemasukan iuran wajib melalui teknologi informasi. Layanan digital menjadi salah satu jawaban dari tantangan disrupsi yang dihadapi perusahaan asuransi itu
”Tantangan disrupsi harus dihadapi dengan kesiapan sarana secara menyeluruh, mulai dari sumber daya manusia hingga integrasi sistemnya,” kata Budi Rahardjo Slamet, Direktur Utama PT Jasa Raharja, seusai perayaan Hari Ulang Tahun Ke-58 Jasa Raharja, Jakarta Pusat, Minggu (6/1/2019).
Secara sistem, ia mengatakan bahwa integrasi informasi itu telah diupayakan sejak tahun 2018. Budi mengatakan, Jasa Raharja telah memanfaatkan sejumlah fitur untuk kepentingan informasi dan otorisasi berbasis koneksi internet.
Lewat situs daring www.jasaraharja.co.id, misalnya, warga dapat mengajukan klaim asuransi serta melaporkan kendala yang dialami. Fasilitas serupa juga dapat diakses lewat gawai dengan mengunduh aplikasi ”Jasa Raharja” di ponsel bersistem Android.
”Tidak hanya pelayanan, pengambilan data kecelakaan lalu lintas juga kami integrasikan dengan Korps Lalu Lintas Polri. Dengan begitu, Jasa Raharja dapat memperoleh data kecelakaan lalu lintas setiap saat,” ucap Budi.
Perihal sumber daya manusia juga menjadi hal lain yang diproritaskan Budi. Untuk hal ini, ia menilai generasi milenial dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana mengatakan, 72 persen dari jumlah karyawan keseluruhan adalah generasi milenial. Sebagai gambaran, Laporan Perusahaan Jasa Raharja Tahun 2016 mencatat jumlah karyawan sebanyak 2.702 orang. Itu berarti ada sekitar 1.450 orang dari kalangan milenial di perusahaan tersebut.
”Kami mulai lebih banyak melibatkan generasi muda dalam pengambilan keputusan. Harapannya, mereka dapat menjawab tantangan di era disruptif,” kata Dewi.
Optimistis
Direktur Operasional Jasa Raharja Amos Sampetoding mengatakan, pihaknya tetap optimistis meskipun capaian laba tahun 2018 turun 25 persen dibandingkan tahun 2017. Jasa Raharja mencatat nilai laba mencapai Rp 1,6 triliun. Sementara nilai santunan yang diserahkan sebagai klaim asuransi sepanjang 2018 berkisar Rp 2,3 triliun.
Amos mengatakan, target tahun ini adalah untuk meningkatkan kepatuhan pengusaha otobus dalam membayar iuran wajib bagi jaminan penumpang umum. Adapun hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 juncto PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Umum.
”Sejauh ini, tingkat kepatuhan perusahaan otobus hanya sekitar 40 persen. Dengan digitalisasi pembayaran, diharapkan tahun ini bisa mencapai 90 persen,” kata Amos.
Hal itu diyakini Amos karena kemudahan pembayaran digital, baik melalui gawai maupun mesin penangkap data elektronik (EDC), akan menjangkau hingga ke daerah terpencil. (Aditya Diveranta)